Rencana umum Van der Post ialah mengumpulkan sisa-sisa anggota Angkatan Bersenjata Inggris di pantai barat daya P. Jawa. Dari sana mengangkut mereka dengan perahu motor ke Sumatra, kemudian dengan perahu-perahu lokal ke Kolombo, dengan harapan dapat bergabung dengan angkatan laut dalam perjalanan.
Diragukan kebenarannya
Penelitian oleh Penyelidikan Perang Dunia II ternyata menyingkap sejumlah ketidakcocokan antara catatan-catatan tentang penangkapan Sir Laurens, sebagaimana dia sebutkan dalam autobiografinya, dengan keterangan-keterangan yang diberikan para saksi mata dan laporan-laporan tak resmi.
Baca juga: Pangeran Charles yang Tak Bisa Sepenuhnya Mencintai Putri Diana karena Punya Sifat-sifat Ini
Sir Laurens Van der Post sebenarnya hanya ditugaskan membantu mengangkut sisa-sisa tentara Inggris ke luar dari P. Jawa. Setelah Sekutu menyerah terhadap Jepang, sama sekali tidak pernah terjadi konfrontasi militer antara sisa-sisa kesatuan Inggris yang masih tertinggal di P. Jawa dengan Jepang.
Berbeda dengan pernyataan Van der Post, yang katanya memimpin operasi gerilya militer selama tiga setengah bulan, ternyata bahwa dia sebenarnya tertangkap lima minggu setelah Misi Khusus 43 beroperasi.
Penyergapan Jepang terhadap dirinya terjadi selagi dia sedang dalam perjalanan menuju salah satu pos regunya. Pada waktu itu seorang kurir pribumi datang memberi tahu bahwa Sir Laurens dan pasukannya sudah dikepung Jepang.
Sir Laurens dan sembilan belas orang anak buahnya pada saat itu sudah menderita kelelahan fisik. Mereka semua menyerah tanpa perlawanan.
Dari laporan itu ternyata bahwa Sir Laurens tidak sendirian ketika tertangkap Jepang. Dalam situasi sebagaimana yang digambarkan Six Laurens, tampaknya tak mungkin perwira Jepang yang menangkapnya akan membiarkannya pergi sebentar untuk menyelamatkan seorang prajuriryang terluka parah.
Dari penelitian ternyata bahwa seorang tentara Australia yang ikut tertangkap, berhasil menyelinap dan melarikan diri, sementara Sir Laurens berbicara dengan si perwira Jepang. Tentara itulah yang memberi tahu para perwira lainnya tentang penyergapan Jepang.
Pada hari penyergapan itu sebenarnya seluruh regu dari Misi Khusus 43 mendapat perintah untuk meninggalkan pos-pos mereka dan berkumpul di tempat penangkapan Sir Laurens.
Satu regu yang sudah lebih dulu sampai ke tempat tersebut, ikut tertangkap bersama rombongan Sir Laurens. Sementara sebuah regu lain disergap dalam perjalanan.
Tentara Australia yang berhasil melarikan diri, sempat memberi tahu seorang komandan di pos lain bahwa tentara Jepang sedang menuju ke daerah mereka. Komandan ini memang diperintah Sir Laurens untuk tetap berada di posnya bersama sekelompok anggota misi yang sakit.
Pada awal Mei 1942, anggota Misi Khusus 43 sudah menyusut sampai sembilan orang. Menurut Van der Post, misi itu berhasil mempertahankan kehadiran mereka sampai September 1942. Mereka terpaksa menyerah kepada Jepang, karena Jepang mengancam akan membumihanguskan desa-desa sekitar daerah yang mereka tempati.
Mereka kemudian disergap kesatuan pasukan Indonesia yang menyerahkan mereka kepada Jepang.
Itulah akhir riwayat Misi Khusus 43: Namun, peran nyata dari misi tersebut, dan kisah sebenarnya tentang penangkapan Laurens Van der Post, masih tetap menyimpan sejumlah pertanyaan yang memerlukan jawaban. (Singer Media)
(Seperti pernah dimuat di Majalah Intisari edisi September 1989)
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR