Baca juga: (Foto) Inilah 10 Foto yang Berhasil Diambil Tepat Sebelum Tragedi Mematikan Terjadi
Suka duka
Momen mudik yang padat kendaraan baginya justru situasi yang baik, karena laju kendaraan cenderung tak secepat saat hari biasanya.
Dengan begitu, ia bisa lebih tenang mengayuh sepeda di jalan raya, apalagi saat melintas wilayah rawan yakni Pantura.
“Justru saat mudik ini malah enak, Mas, bus-bus di Pantura enggak kenceng kaya biasanya. Tapi, jujur, aku lebih takut sama motor, banyak yang sembrono," ucap dia.
Suka duka perjalanan yang jauh ini menurut dia cukup banyak. Mulai diberhentikan sama polisi dan masyarakat hanya untuk sekadar selfi, sampai yang dirasa kurang mengenakkan itu kerap dianggap seperti orang yang butuh bantuan.
"Gini loh, Mas, kadang lagi istirahat di jalan mau rokok-an gitu, tahu-tahu ada orang samperin kasih uang dan lain-lain. Walah, aku yo isin (malu) saya tolak, kadang lagi makan di warteg pas mau bayar, eh kata kasirnya sudah ada yang bayarin enggak tahu siapa," ungkap dia.
Namun, dia menganggap semua itu rezeki dan bagian dari hobinya melakukan petualangan.
Ia berharap, masih kuat untuk mengayuh sepedanya sampai tujuan sesuai target perjalanan, sehingga bisa berkumpul dan Shalat Id bersama keluarga di kampung halaman.
Bagi pemudik yang bertemu denganya di jalan dan ingin mengobrol atau foro, silakan menegur dan menyapanya, ia dengan senang hati akan meluang waktunya sejenak. (Stanly Ravel)
(Artikel ini telah tayang di kompas.com dengan judul "Perjalanan Pria 63 Tahun Ini Mudik Jakarta-Solo dengan Sepeda...")
Baca juga: Inilah 5 Kehebatan Hape Jadul yang Tak Bisa Ditiru Smartphone Zaman Sekarang
Penulis | : | Mentari DP |
Editor | : | Mentari DP |
KOMENTAR