Intisari-Online.com - Otoritas Austria pada Jumat (8/6/2018), mengeluarkan keputusan menutup setidaknya tujuh rumah ibadah yang dituduh telah menyebarkan radikalisasi.
Penutupan tersebut menyusul hasil penyelidikan oleh Otoritas Urusan Keagamaan Austria yang menemukan adanya kegiatan melanggar aturan yang diselenggaran di masjid-masjid tersebut.
Petugas menemukan sejumlah foto-foto yang diambil pada April lalu, menunjukkan kegiatan teatrikal dengan melibatkan anak-anak yang berperan sebagai tentara dan menghidupkan kembali cerita Perang Dunia I Gallipoli.
Diberitakan AFP, anak-anak itu yang berkostum seragam loreng berbaris, memberi hormat dan melambai ke arah bendera Turki.
Mereka juga berpura-pura menjadi korban tewas dan "tubuh" mereka dijajarkan kemudian dibungkus menggunakan bendera.
"Masyarakat paralel, kegiatan politik Islam dan radikalisasi tidak memiliki tempat di negara ini," kata Kanselir Austria, Sebastian Kurz, Jumat (8/6/2018).
Selain menutup tujuh rumah ibadah umat muslim yang diduga teradikalisasi, pemerintah Austria turut mengusir setidaknya 60 pemuka agama Islam yang dianggap telah melancarkan kegiatan politik keagamaan.
Pengusiran puluhan orang tersebut diyakini akan berdampak pada orang-orang yang terkait dengan pemuka agama tersebut.
Baca juga: Beginilah Keunikan Cara Makan Orang Yahudi, Salah Satunya Daging Tak Boleh Dicampur Susu
Menteri Dalam Negeri Austria, Herbert Kickl mengatakan, total akan ada sekitar 150 orang yang berisiko kehilangan hak untuk tinggal di Austria.
Beberapa pemuka agama yang diusir tersebut diketahui terkait dengan organisasi Asosiasi Kebudayaan Islam-Turki (ATIB). Begitu pula dengan sejumlah masjid yang ditutup adalah yang dikelola ATIB.
Kementerian Dalam Negeri curiga para pemuka agama dan rumah ibadah tersebut telah melanggar larangan pendanaan asing dari pemegang kantor agama.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR