Baca juga: Nasib Mengerikan Wanita Korut di Kamp Konsentrasi, Diperkosa Lalu Dibunuh Setelah Melahirkan
Mereka bukan hanya mengalami tekanan fisik hebat, tetapi juga tekanan psikologis. Mereka ditawan tanpa ketentuan hukum dan batas waktu. Surat menyurat pada keluarga disensor keras. Apabila ada keluarga yang menengok kekamp, segera ditawan pula.
Sesudah mereka datang, rambutnya dipotong, dimandikan dan diberi pakaian seragam kamp. Pada baju dan celananya diberi tanda golongan tawanan. Segitiga merah untuk tawanan politik, hijau untuk tawanan kriminil disamping itu diberi rajak pada lengan kiri dengan cara ditusuk jarum atau besi panas.
Setelah didaftar, mereka hanya diberi identifikasi nomer saja, sedangkan nama dihapus.
Lalu dibagikan pakaian dalam, kemeja, sandal atau sepatu. Sedang pakaian-pakaian, perhiasan-perhiasan serta sepatu-sepatu mereka sebelumnya dilucuti dan dikumpulkan dalam suatu gudang.
Kemudian mereka dikenakan karantina selama 6—8 minggu. Pada masa itu mereka dilatih bernyanyi Iagu-lagu mars Nazi, diberi petunjuk tentang tata tertib dan peraturan kamp. Dan dalam usaha melemahkan fisik dan mentalnya mereka diberi makan sedikit. Alasannya karena mereka belum dipekerjakan.
Baca juga: Terus Dihantui Mimpi Buruk, Korban Selamat Holocaust Ini Masih Mengenakan Seragam Kamp Konsentrasi
Lagi pula pada masa ini telah dilakukan pembunuhan-pembunuhan intensif dan memakan banyak korban.
Susunan dalam kamp terdiri dari; kantor komandan staff, seksi politik, penggunaan tenaga kerja, kantor administrasi dan rumah sakit. Tiap seksi dikepalai oleh perwira SS dan dikomandokan dari staff komando SS, aparatur SS ini merupakan pemerintah tersendiri.
Dimana mereka mengatur segala kekejaman dalam mengawasi tawanan baik dalam kerja maupun dalam istirahat. Sesuai dengan fungsinya mereka diberi tanda-tanda band seperti band piket.
Apel 19 jam
Para tawanan diwajibkan apel tiap pagi, siang dan sore. Laporan apel ini oleh kepala blok dilaporkan kepada petugas SS.
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR