Intisari-Online.com - Beragam cara dilakukan seseorang atau kelompok untuk menghormati alam. Di Bengkulu, persisnya di Desa Pering Baru, Kabupaten Seluma, Suku Serawai menghormati alam dengan cara yang disebut Tunggu Dusun. Suku Serawai sendiri merupakan salah satu suku terbesar di wilayah itu.
Upacara ini biasa dipimpin oleh para tetua adat. Upacara sesungguhnya berlangsung sederhana ala masyarakat jelata. Terdapat beragam jenis makanan seperti telur rebus, lemang bambu kecil, daun sirih, ketan hitam dan putih serta beberapa makanan lainnya diletakkan pada sebuah tempat sesaji.
Sesaji tersebut dibuat menjadi empat bagian. Bagian pertama akan diritualkan di mata air, bagian kedua akan diritualkan di jalan utama desa, bagian lainnya akan diritualkan di pintu masuk desa, dan bagian terakhir akan diritualkan di rumah warga.
Setelah tiba di tempat yang telah ditentukan maka ritual adat dipimpin oleh tetua kampung untuk meminta doa pada Tuhan yang Maha Kuasa dan mendoakan roh leluhur.
Baca juga: Mendandani Anak Kecil dengan Celana Pendek adalah Tradisi Bangsawan di Inggris
“Ini upacara tahunan yang terus dilakukan, tujuannya meminta pada Tuhan agar warga dijauhkan pada bala bencana, didekatkan rezeki dengan membaiknya hasil panen,” kata Walana salah seorang tetua adat, Sabtu (21/11).
Ada pesan di dalamnya
Walana menyebutkan, sesaji dan doa dilakukan di empat titik desa, pertama di mata air. Ini melambangkan bahwa masyarakat tak bisa lepas dari kebutuhan terhadap air. Bagi warga menjaga sumber mata air tetap lestari, menghormati dan memanfaatkan air secara arif an bijaksana merupakan sebuah keharusan.
Titik kedua di jalan desa. Ini mengartikan kesuburan dan kebaikan agar selalu melimpah pada masyarakat desa setempat. Titik ketiga upacara dilakukan di pintu masuk desa. Ini merupakan bentuk keteguhan masyarakat menjaga wilayah desa termasuk tanah, air, udara, serta hutan.
“Hutan, tanah, air dan udara yang bersih merupakan hal terpenting bagi rakyat. Hutan dijaga untuk menjaga mata air agar kehidupan terus berlangsung, sementara tanah adalah sumber penghidupan,” paparnya.
Kemudian titik keempat, ritual dilakukan di rumah. Ini melambangkan agar rumah masyarakat selalu dijauhkan dari balak bencana dan dimudahkan segala urusan dan usaha.
Ulah investor nakal
Source | : | kompas.com |
Penulis | : | Moh. Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR