Intisari-Online.com - Karena statusnya dan resistensi masyarakat, waria (wanita-pria) sering bergerilya dalam aktivitasnya, apalagi yang menyangkut seks. Mereka juga bergerilya untuk menggelar penganugerahan anugerah Miss Waria. Gerilya waria juga agresif di dunia maya, termasuk transaksi seks waria.
Malam puncak Gelaran Miss Waria 2016 baru saja berakhir di Bulungan, Jumat (7/11) malam lalu. Qie Nabh Tappii, perwakilan waria Jakarta, berhasil meraih gelar Miss Waria 2016 dan dipilih untuk mewakili Indonesia di ajang internasional, yang digelar di Thailand setiap tahunnya. Tappii terpilih di antara 30 kontestan dari seluruh Indonesia untuk menggantikan Monika Klorida, Miss Waria 2015.
Kendati berkelas nasional, ajang Miss Waria 2016 agak luput dari liputan media nasional. Kegiatan ini baru ramai dibicarakan saat Fox News memberitakan kegiatan ini, Senin (14/11) pagi.
Mengusung judul “Indonesia Miss Transgender crowned in a slap for hard-liners (Miss Transgender Indonesia dinobatkan dalam sebuah tamparan untuk garis keras),” berita ini sempat dikutip beberapa media internasional, dan viral di media sosial.
Penyelanggara kontes memang telah meminta semua yang hadir tidak mengunggah materi apa pun di media sosial. Sejumlah wartawan baru diberitahu beberapa jam soal lokasi yang dirahasiakan menjelang kontes berakhir dengan tujuan untuk mencegah kelompok garis keras menutup paksa kontes ini.
Membicarakan pergerakan waria Jakarta, jelas tidak ada habisnya. Beraneka kisah bergulir bertahun-tahun, dan kebanyakan memang bernada negatif dan berhubungan dengan dunia malam. Sudah sejak berpuluh-puluh tahun, dunia waria lekat dengan profesi pekerja seks komersial.
Memang, tidak semua waria terhubung dengan profesi ini, namun kisah waria Jakarta tidak bisa dipisahkan dengan sebuah area di bilangan Menteng yang dikenal sebagai Taman Lawang. Beberapa tahun silam, Taman Lawang dan area sepanjang Jl Latuharhari, ramai menjadi “markas” para waria menjajakan diri. Jumlahnya puluhan, dan areal mangkalnya meluas hingga pinggiran Jl. Sultan Agung yang dekat dengan jalan baru yang menghubungkannya dengan Jl. Rasuna Said.
Sekarang, meski tidak seramai dulu, Taman Lawang memang belum bisa steril dari penyakit masyarakat. Terakhir, saat operasi gabungan digelar oleh Forum Koordinasi Pimpinan Kecamatan Menteng yang dipimpin camat Menteng Dedy Arif, bulan Agustus 2016 lalu, masih ada saja waria yang terjaring dan dijebloskan ke Panti Sosial Kedoya, Kebon Jeruk. Meskipun jumlahnya hanya seorang.
Melihat jumlahnya yang kecil, warga Jakarta, bolehlah merasa senang. Artinya, permasalahan PSK waria sudah bisa tertanggulangi. Bisa jadi, banyak yang mengira bahwa waria sekarang sudah alih profesi. Tidak lagi menjadi PSK dan meresahkan warga.
Meski di dunia nyata waria tidak terlihat, namun kiprah mereka tidak berhenti begitu saja. Banyak di antara waria yang jelas-jelas menjajakan dirinya melalui jaringan internet. Tanpa malu-malu, mereka membuka praktik, baik lewat media sosial maupun lewat situs-situs yang menawarkan layanan escort.
Sebenarnya, hal ini bukan hal baru, bahkan sudah menjadi rahasia umum. Sosial media seperti twitter, facebook dan belakangan Bigo mereka jadikan media untuk menarik pelanggan. Model bisnisnya pun beragam. Bukan lagi menawarkan kencan face to face. Tapi juga menawarkan program membership. Mereka siap diajak melakukan sex chat lewat skype atau Line, dengan imbalan beberapa ratus ribu rupiah. Bahkan, paket paling ekonomis pun disiapkan. Bagi yang membayar sekitar 100 ribu rupiah, pelanggan akan dikirimkan foto bugil dan video sex sang waria psk.
Penulis | : | Hery Prasetyo |
Editor | : | Hery Prasetyo |
KOMENTAR