Kaspar Hauser pun menimbulkan sensasi di Nurenberg dan menjadi topik pembicaraan warga kota. Tak seorang pun tahu dari mana dia berasal. Dari kesimpulan sementara, Kaspar dulunya tinggal dalam sebuah gua dan tidur di atas jerami.
Selama itu ia tak pernah mendengar suara, melihat sinar dan tak kenal orang. Dia selalu menjalani siklus tidur - bangun - tidur - bangun. Hanya karena campur tangan orang lain, ia berhasil keluar dari persembunyiannya.
Berita munculnya bocah tak dikenal itu berkembang semakin kontroversial. Banyak orang meragukan, bahkan menganggap cerita itu hanya isapan jempol belaka.
Ada pendapat mengatakan, mungkin si bocah mengenakan topeng atau termasuk anak haram dari keluarga bangsawan. Mereka sengaja menyembunyikannya untuk menutupi skandal, yang akan muncul kembali bila identitasnya yang asli sudah tak diketahui.
Bahkan polisi yang mencoba mencari gua bekas tempat persembunyian Kaspar pun tak berhasil menemukan. Yang jelas sejauh ini tak ditemui petunjuk jelas hubungan antara Kaspar dengan Resimen Kavaleri Ke-6.
Baca juga: Misteri Gaun Pengantin Putri Diana, Begitu Dilihat Sketsanya Langsung Dihancurkan
Walau opini tentang dirinya masih terpecah-pecah, tapi banyak orang percaya dia berasal dari keluarga Bavaria.
Mati misterius
Meski begitu kontroversi mengenai riwayat hidupnya tidak berlangsung lama. Pada tanggal 7 Oktober 1829, Kaspar ditemukan tak berdaya di ruang bawah tanah Dr. Daumer dengan luka di bagian dahi. "Saya dipukul oleh orang bertopeng," tuturnya.
Warga Nurenberg terkejut. Serangan itu membuktikan, Kaspar mempunyai musuh. Karena cemas Dewan Kota Praja mengamankan Kaspar di sebuah tempat yang dirahasiakan. Selama dua tahun ia terlindung.
Untung seorang bangsawan Inggris, Lord Stanhope, mau mengadopsinya.Di tangan Stanhope ini Kaspar sempat dibawa keliling Eropa untuk diperkenalkan dan dipamerkan pada keluarga istana dan kerajaan yang ada.
Di lain pihak, Kerajaan Bavaria mengancam akan mengambil tindakan hukum bila namanya dikait-kaitkan dengan Kaspar.
Source | : | intisari |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR