Intisari-Online.com - Misteri pemunculan manusia aneh di Banjos, Spanyol dan Nurenberg, Jerman, sempat menimbulkan kontroversi.
Ada yang mengganggap hanya sebatas dongeng, takhyul cerita bohong atau mungkin sisi gelap dari terangnya kebenaran. Toh, sesuatu yang tak bisa dijelaskan benar-benar terjadi.
Jalan Unschliff Square, Nurenberg, Jerman, gempar. Lalu lintas yang tak begitu ramai mendadak kacau. Bukan oleh kecelakaan atau kemacetan. Tapi, karena kemunculan tiba-tiba seorang bocah belasan tahun di tengah jalan.
Kala itu Mei, 1828. Si bocah nampak goyah menapak aspal. Tak sanggup berdiri, merintih pelan dan tak peduli dengan sekelilingnya. Kepada orang yang merubungnya ia bicara dalam bahasa yang tak dimengerti.
Baca juga: Inilah 'Harta Karun' Kuno yang Ungkap Kehidupan Misterius Orang-orang Hilang di Skotlandia
Tangan kirinya memegang amplop menunjuk ke sebuah alamat. Para penolongnya segera membawa si bocah ke alamat yang tertulis di amplop, Kapten Skuadron Ke-4, Resimen Kavaleri.
Sambil menunggu tuan rumah, dengan rakus dan tanpa malu dia menyikat roti dan minuman. Kegembiraan muncul, saat sang kapten datang. Si bocah rupanya suka dengan seragam dan pedang yang dikenakan perwira itu.
Ia selalu berucap, "Ingin menjadi serdadu seperti ayah", "Tidak tahu" dan "Kuda-kuda". Di dalam amplop yang dia bawa berisi dua surat, tak satu pun menjelaskan dengan rinci asal muasalnya.
Satunya berasal dari ibunya yang memberi tanggal 30 April 1812, sebagai hari ulang tahunnya dan meminta siapa saja yang membaca untuk mengurus si anak. Tak lupa dikatakan, bocah yang berayah seorang tentara dari Kavaleri Ke-6 ini sudah dibaptis.
Menurut dugaan, surat tertulis bulan Oktober 1812 ini dibuat oleh orang yang dikutuk Tuhan, karena mempunyai 10 anak tanpa mampu merawatnya satu pun. Sang kapten yang mencoba bertanya pada si bocah tak mendapat jawaban.
Baca juga: Gagah Nan Misterius, Begini Tampilan Pasukan Khusus dari Berbagai Negara di Dunia
la berkesimpulan kalau si bocah, salah satu pendatang liar dan sinting. Segera ia mengontak polisi. Sama seperti kapten itu, polisi juga mendapatkan kalimat yang patah-patah dan tak jelas.
Namun, diam-diam polisi mengamati tingkah lakunya. Bocah ini cukup kuat, sangat sehat dan lembut. Tapi kakinya nampak melepuh dan berdarah, meski tapak sepatunya sudah lunak.
Source | : | intisari |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR