Intisari-Online.com - Banyak penyakit mengintai kita di musim penghujan seperti ini, salah satunya adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri leptospirosis yang kerap menyebabkan infeksi. Kita tahu, bakteri ini bisa menyerang baik hewan maupun manusia.
Seperti dilansir dari Weekly Health Update yang dikeluarkan oleh HelloSehat.com, Indonesia termasuk salah satu negara dengan kasus leptospirosis yang banyak, dengan angka kematian yang juga banyak. Infeksi ini menyebar di hampir seluruh Indonesia dengan angka kejadian terbanyak bersamaan dengan musim hujan dan banjir.
Ada beberapa hal yang mesti kita perhatikan mengenai bakteri ini.
Bagaimana cara penularan leptospirosis?
Bakteri leptospirosis ditularkan melalui kontak dengan air, tanah, atau lumpur yang telah terkontaminasi oleh urin binatang yang terinfeksi leptospira. Kontak yang lama dengan genangan air yang terkontaminasi urin atau minum air yang telah terkontaminasi juga dapat menyebabkan seseorang terinfeksi.
Tak hanya itu, gigitan binatang yang terinfeksi juga dapat menyebabkan penularan. Tikus, anjing, babi, dan sapi merupakan binatang yang dapat menularkan leptospirosis. Penularan dari manusia ke manusia jarang dilaporkan.
Bakteri ini selanjutnya dapat masuk melalui kulit yang terluka, atau selaput lendir pada mata, hidung, bibir, dan mulut. Orang dengan risiko tinggi tertular leptospirosis adalah pekerja di sawah, pertanian, perkebunan, peternakan, pekerja tambang, atau dokter hewan
Apa tanda dan gejala leptospirosis?
Masa inkubasi leptospira berkisar sekitar 7-14 hari (rata-rata 10 hari), dan gejala yang dapat timbul antara lain:
Pada kebanyakan orang, gejala ini dapat menghilang dalam waktu 5-7 hari, namun pada sekitar 10% pasien dapat jatuh ke kondisi leptospirosis yang berbahaya.
Apakah leptospirosis berbahaya?
Sekitar 10% leptospirosis akan berlanjut ke kondisi lebih parah yang disebut dengan penyakit Weil, biasanya terjadi setelah 1-3 hari gejala yang lebih ringan timbul. Gejala yang timbul berupa:
Pada 50% penderita dengan leptospirosis berat, infeksi dapat menyebar ke otak sehingga menyebabkan meningitis (peradangan selaput otak) dan ensefalitis (peradangan otak) yang ditandai dengan adanya kaku kuduk, nyeri kepala, muntah, sampai kejang-kejang.
Bagaimana cara mengobati leptospirosis?
Pada kebanyakan kasus, leptospirosis ditemukan dalam kondisi ringan, dilakukan pengobatan dengan menggunakan antibiotik selama 5-7 hari tergantung respon penyakit. Antibiotik harus diberikan secepat mungkin dan harus dihabiskan. Menghentikan antibiotik ketika gejala membaik dapat menyebabkan bakteri yang belum terbunuh menginfeksi kembali. Obat-obatan penurun panas seperti parasetamol dan ibuprofen juga dapat diberikan untuk mengurangi gejala.
Pada kasus leptospirosis yang berat, penderita harus dirawat dan diobservasi, terkadang juga dibutuhkan alat bantu seperti ventilator untuk membantu pernapasan, dialisis untuk menggantikan fungsi ginjal, dan cairan infus untuk sebagai sumber nutrisi tubuh.
Begini mencegah leptospirosis?
Beberapa cara pencegahan leptospirosis harus berdasarkan pengetahuan tetang siapa saja yang berisiko tinggi. Kita juga jeli terhadap faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhinya.
Ada beberapa metode pencegahan yang dapat dilakukan:
Sekali lagi, Indonesia termasuk dengan angka infeks leptospirosis tinggi di dunia. Ada baiknya kita selalu waspada dengan penyebaran bakteri ini, terlebih ketika musim hujan seperti ini.
Penulis | : | Moh. Habib Asyhad |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR