Lima Seniman Kulit Hitam dengan Karyanya Melawan Stigma Kesehatan Jiwa

Moh Habib Asyhad

Editor

Seniman kulit hitam
Seniman kulit hitam

Intisari-Online.com - Seni yang kuat bisa menjadi katalis diskusi seputar topik yang sensitif dan memungkinkan kita mengungkapkan pikiran dan ide-ide yang kompleks. Itulah yang dilakukan oleh lima seniman kulit hitam ini; dengan karya-karyanya, mereka mencoba melawan stigma yang kerap dialamatkan kepada mereka, termasuk soal kesehatan jiwa.

Kantor Kesehatan Minoritas Departemen Kesehatan dan Layanan Masyarakat Amerika Serikat menyebut, warga Amerika kulit hitam 10 persen lebih mungkin mengalami kesehatan mental yang serius—seperti depresi berat atau PTSD—dibanding orang-orang kulit putih.

Banyak ahli menunjukkan tingginya tingkat kemiskinan, meliputi sejarah panjang rasisme dan ketimpangan pendapatan, sebagai penyumbang utama penyakit itu. Tapi sialnya, stigma itu tak diimbangi dengan pelayanan kesehatan yang mestinya mereka dapatkan. Soal mendapatkan layanan kesehatan mental, jika dibandingkan dengan kulit putih, 25%:40%.

Di balik angka-angka itu, beberapa kalangan kulit hitam terus berjuang untuk mendapatkan pengakuan, termasuk di antarnya adalah para seniman. Di bawah ini, ada lima seniman kulit hitam, yang dengan karya-karyanya mencoba untuk melawan stigma yang kadung melekat itu.

Kirsty Latoya

Seniman
Latoya, juga dikenal dengan KirzArt, adalah seniman yang berbasis di London bagian selatan. Ia menggunakan karyanya untuk membongkar kompleksitas kesehatan mental. Untuk menciptakan karyanya itu, seniman 25 tahun menggunakan jemarinya sebagai jarum atau pena yang menggores iPad.

Karya seninya berfokus pada inspirasi dan pemberdayaan masyarakat kulit hitam, dengan banyak potongan-potongan (salah satunya Emotion Series) yang memancarkan cahaya pada isu kesehatan mental yang dialami komunitasnya.

Tsoku Maela

Tsoku Maela—fotografer dari Cape Town, Afrika Selatan—telah diakui secara luas karena karya-karya yang mendokumentasikan bagaimana rasanya hidup dengan penyakit mental melalui citra yang kompleks. Serial fotografinya baru-baru ini, yang berjudul Abstract Peaces, mendokumentasikan pengalaman Maela sendiri ketika depresi.

seniman kulit hitam
“Depresi, tidak selamanya adalah malapetaka dan kesuraman,” tegasnya.

Kepada Mashable, Maela berharap karyanya akan membantu orang-orang memahami bahwa “ada yang salah pada diri kita sebagai manusia” jika kita hidup dengan penyakit mental. Ia berharap kepada para pemuda untuk terbuka berbagi pengalamannya dengan persoalan mental.

Gloria Swain

Karya seniman kulit hitam asal Kanada Gloria Swain banyak menyinggung soal topik-topik yang mengerikan; seperti pelembagaan, pengobatan paksa, kekerasan rumah tangga, pelecehan seksual, dan depresi—melalui foto-foto, lukisan, dan instalasi. Bagi Swain, ini sangat pribadi. Karya-karyanya banyak bersumber dari pengalaman pribadinya sebagai seorang perempuan kulit hitam.

seniman kulit hitam
“Ketika saya didiagnosis menderita penyakit kronis beberapa tahun yang lalu—dan setelah efek samping yang diakibatkan mempengaruhi kesehatan badan dan mental saya—saya sadar bahwa saya harus mencari alternatif untuk mengatasinya,” ujar Swain.

Seni, tampah Swain, memiliki cara untuk membuat kita santai dan mengambil jeda untuk istirahat. Seni juga bisa mengelola rasa rakit yang kita derita. “Seni benar-benar (bersifat) mengobati,” tegasnya.

Alison Saar

Pematung Alison Saar mencoba mengulik kesehatan mental pada masyarakat kulit hitam dengan menjelajahi isu-isu yang terkait kepadanya seperti kebudayaan, sejarah, dan gender. Dari situ ia mencoba menggali penyebab minimnya fasilitas kesehatan mental yang disediakan bagi komunitas kulit hitam, terlebih pascabadai Katrina beberapa tahun yang lalu.

seniman
Karya seni seniman yang berasal dari Los Angeles ini baru-baru ini ditampilkan dalam sebuah ekspedisi keliling Amerika bertajuk Mindful: Exploring Mental Health Through Art.

Heather Agyepong

Seniman asal Londo Heather Agyepong menggunakan seni visual untuk mendokumentasikan kehidupan seorang perempuan kulit hitam. Sebagai lulusan sekolah fotografi dan psikologi, Agyepong menyalurkan keahliannya pada untuk merefleksikan persoalan-persoalan mental dan fisik.

seniman
Pada 2015 lalu, karnya Too Many Blackamoors, ia mengeksplorasi pertemuan sejarah kulit hitam abad 19 dan pengalaman pribadinya sebagai seorang perempuan muda kulit hitam. Lengkap dengan trauma rasisme yang ia alami selama berkeliling ke Eropa.

Dengan karya-karyanya ia mencoba melawan narasi “perempuan hitam yang kuat dan mandiri” sebagai sesuatu yang menyusahkan dan bahkan menjebak perempuan kulit hitam.