Intisari-Online.com - Selain menjaga kesehatan lewat olahraga, makan bergizi seimbang, dan istirahat yang cukup, satu cara penting menjaga kesehatan yang tidak boleh dilupakan adalah melakukan medical check up (MCU) secara berkala. “Orang yang sehat disarankan melakukannya dua kali setahun,” kata dr. Ronald Irwanto, Sp.PD dari Rumah Sakit Puri Indah Jakarta. Sekali lagi, dua kali setahun!
Namun Ronald menegaskan, yang diperiksa hanyalah dasar-dasarnya saja; untuk melihat penyakit-penyakit metabolik (seperti diabetes, hepatitis, gangguan ginjal, dsb.). Yang diperiksa antara lain gula darah, kolesterol, fungsi ginjal, fung si hati, dan pemeriksaan darah perifer lengkap . Jika Anda pernah mendengar pemeriksaan hemoglobin, eritrosit, leukosit, trombosit, dsb., itu adalah bagian dari pemeriksaan darah perifer.
Untuk pemeriksaan dasar ini kita hanya perlu mengeluarkan uang sekitar Rp 400.000,-. Jika dilakukan dua kali setahun, berarti total biayanya hanya sekitar Rp 800.000,-. Kalau ini dianggap mahal, Ronald menyarakan, “Paling tidak setahun sekalilah.”
Semua orang di usia produktif sangat disarankan membiasakan ini. Pada saat tes kerja di perusahaan, kita biasanya diharuskan menjalani pemeriksaan kesehatan. Harusnya ini diteruskan menjadi kebiasaan rutin.“ Tidak perlu menunggu sampai umur 40-an tahun,” kata Ronald. Saat ini kecenderungan penderita penyakit metabolik mengarah ke usia yang makin muda. Banyak orang berusia 30-an tahun menderita diabetes, gangguan ginjal, kolesterol tinggi, dsb.
Kalau kita baru pergi ke dokter ketika sudah jatuh sakit, itu berarti kita masih beranggapan bahwa tugas utama dokter adalah menyembuhkan orang sakit. Padahal konsep kedokteran modern adalah kesehatan preventif. Sebisa mungkin, penyakit harus dicegah sejak dini. Kalau gejala penyakit itu jelas, mungkin tak ada masalah. Yang menjadi masalah, banyak penyakit tidak menunjukkan gejala yang jelas. Tahu-tahu pasien jatuh sakit dan parah. Diabetes termasuk dalam kategori penyakit ini. Secara umum, diabetes memang biasanya didahului gejala-gejala seperti sering buang air kecil, selalu merasa haus dan lapar, dan berat badan turun meskipun banyak makan.
Namun, kadang gejalanya tidak begitu jelas sehingga penderita sama sekali tidak menyadarinya. Tahu-tahu dokter memvonis diabetes karena hasil pemeriksaan gula darahnya selalu tinggi. Begitu pula penyakit kolesterol dan lemak tinggi. Pasien biasanya tidak merasakan keluhan apa-apa. Ia merasa baik-baik saja. Tahu-tahu ia mengalami stroke karena terjadi penyumbatan pembuluh darah di otak. Ini bukan cuma teori di atas kertas. Kejadian seperti ini banyak kita jumpai. “Justru dokter itu takut pada penyakit yang tidak bergejala,” kata Ronald.
Contoh lain, hepatitis B. Penderita hepatitis B karier biasanya tidak mengalami gejala sakit apa-apa. Sekalipun membawa virus hepatitis B, ia tetap sehat, bisa bekerja seperti biasa. Tapi jika infeksi ini tidak diketahui dan dibiarkan saja, maka hepatitis ini bisa menjadi parah sampai membahayakan jiwa.
Begitu pula gangguan ginjal. Orang yang fungsi ginjalnya sudah terganggu bisa saja tetap segar bugar. Mungkin saja ia baru menyadari sakitnya saat gangguan ginjalnya sudah tahap parah. Biasanya gangguan fungsi ginjal ini dipicu oleh penyakit lain seperti diabetes atau batu ginjal. Di sinilah fungsi pemeriksaan kesehatan: mencegah penyakit sedini mungkin.
Ronald pernah menjumpai seorang pasien yang kadar leukositnya kelewat tinggi sampai 40 .000. Padahal kadar normalnya hanya sekitar 5.000 – 10.000. Sekalipun leukositnya abnormal, ia tidak mengalami gejala sakit apa-apa. Setelah diperiksa lebih lanjut ternyata ia menderita leukemia (kanker darah). Ini adalah contoh konkret manfaat pemeriksaan kesehatan.
Orang yang darahnya mengandung trombosit kelewat tinggi pun bisa saja tidak mengalami gejala sakit apa-apa. Tapi jika kondisi ini dibiarkan, ia berisiko tinggi mengalami penyumbatan pembuluh darah, seperti serangan jantung atau stroke. Semua jenis penyakit ini bisa dideteksi secara dini lewat pemeriksaan dasar yang dianjurkan dilakukan setahun dua kali itu.
Pemeriksaan lanjutan
Selain pemeriksaan dasar, dalam kondisi khusus pasien juga dianjurkan melakukan pemeriksaan lanjutan. Misalnya, pasien usia lanjut (60 tahun ke atas) sebaiknya melakukan pemeriksaan dasar plus pemeriksaan jantung. Pada usia ini, penyakit jatung harus diwaspadai dengan kewaspadaan tingkat satu.
Pemeriksaan lanjutan ini juga dianjurkan, misalnya, untuk orang yang mau menikah (premarital check up). Di Indonesia, kata Ronald, kesadaran masyarakat melakukan pemeriksaan ini masih relatif rendah. Di negara-negara dengan sistem kesehatan yang bagus, pemeriksaan ini diwajibkan terhadap semua calon pengantin. Pemeriksaan ini difokuskan pada kesehatan reproduksi dan penyakit menular seksual (PMS) seperti pemeriksaan toksoplasma, rubella, sitomegalovirus, herpes (TORCH), hepatitis B, hepatitis C.
Pemeriksaan TORCH berguna terutama buat wanita sebelum ia merencanakan kehamilan. Jika seorang wanita terinfeksi TORCH, ia mungkin tidak menunjukkan gejala sakit sama sekali. Yang ketiban getahnya adalah bayi yang dikandung. Ia bisa lahir dalam keadaan cacat.
Adapun pemeriksaan PMS sangat berguna untuk mencegah penularan dari suami atau istri kepada pasangannya. Jika tidak dilakukan pemeriksaan kesehatan, bisa saja pasangan ketularan tanpa disadari. Jika pasangan melakukan pemeriksaan dini, kalaupun salah satu menderita PMS, dokter bisa menyarankan tindakan pencegahan. Pemeriksaan lanjutan ini bisa cukup mahal, tergantung dari berapa banyak yang diperiksa. Kisarannya sekitar 2 jutaan.
Yang lucu, banyak orang takut melakukan pemeriksaan ini karena kalau hasilnya jelek ia malah akan dihantui rasa cemas. Ini jelas ketakutan yang tidak beralasan. Pemeriksaan kesehatan bukan untuk menakut-nakuti melainkan sebaliknya untuk membuat pasien tenang. Hasil tes buruk bukanlah kabar buruk. Justru itu adalah kabar baik. Sebab, jika penyakitnya tidak ketahuan sejak dini, bisa saja penyakit itu baru diketahui saat sudah parah. “Sekalipun kita sehat, makan bergizi, berolahraga rutin, cukup istirahat, kita tetap harus rutin melakukan medical check up,” Ronald menegaskan.
Pemeriksaan kesehatan harus dilakukan secara berkala. Bukan kala sakit saja. Jika sudah sakit, uang sebesar Rp 800.000,- atau separonya tadi menjadi tidak ada artinya. (Intisari Oktober 2011/Emshol)
Penulis | : | Agus Surono |
Editor | : | Agus Surono |
KOMENTAR