Tinggal di rumah Haji Oemar yang juga seorang politisi kawakan dan tempat tinggalnya kerap dipakai ajang pertemuan para aktivis Sarekat Islam secara tak sengaja dan otodidak Bung Karno banyak mendapat pelajaran politik serta organisasi.
Baca juga: Di Ende Bung Karno Dikucilkan, di Ende Pula Pancasila Dilahirkan
Bung Karno lalu bergabung dengan organisasi yang dianggap paling cocok bagi dirinya, Jong Java. Mulai saat itu, jiwa nasionalisme dan kebangsaan mulai terpupuk lewat organisasi yang diikuti serta lewat pertemuan dengan tokoh-tokoh Sarekat Islam.
Lulus dari HBS, Bung Karno yang telah memiliki sejumlah visi dan idealisme melanjutkan studinya ke Technische Hoge School (ITB) Bandung dan lulus tepat waktu pada 1925.
Selama kuliah Bung Karno yang dikenal sebagai mahasiswa cerdas aktif bertukar wawasan dengan dua tokoh pemikir dan politikus Tjipto Mangunkusumo serta Dr Douwes Dekker.
Dua tokoh yang kemudian turut mendampingi perjuangan Bung Karno ini, saat itu merupakan tokoh pergerakan National Indische Partij.
Selain menjalani kuliah arsitektur secara serius Bung Karno yang menyukai semua ilmu juga membaca banyak buku karya penulis ternama dari luar negeri mulai dari politik, seni, sastra hingga buku-buku ilmu keagamaan.
Seperti kedua rekannya, Bung Karno juga tertarik untuk mendirikan organisasi. Pada 1926 Bung Karno mendirikan Algemene Studie Club di Bandung yang kemudian yang kemudian menjadi cikal bakal berdirinya Partai Nasional Indonesia (PNI) tahun 1927. Ia merumuskan ajaran Marhaenisme yang bertujuan mencapai Indonesia merdeka.
Aktivitas Bung Karno yang antikolonialisme dan pro kemerdekaan itu menyebabkan dirinya ditangkap oleh Belanda.
Pada Desember 1929, Bung Karno yang dicap sebagai aktivis berbahaya dimasukkan ke penjara Sukamiskin, Bandung tanpa melalui proses pengadilan.
Setelah mendekam di penjara selama delapan bulan, Bung Karno baru diadili. Tapi selama di dalam penjara Bung Karno tidak tinggal diam dan memanfaatkan waktu luangnya untuk merancang dan menulis pledoi yang berjudul Indonesia Menggugat.
Pembelaan Bung Karno yang dilakukan secara cerdas dan berapi-api sama sekali tidak diduga oleh pemerintah Belanda.
Akibatnya, Belanda yang merasa kebakaran jenggot dan malu kemudian buru-buru membubarkan PNI. Tapi Bung Karno yang secara politis berhasil memenagkan sidang dan pamornya semakin menakutkan Belanda akhirnya dibebaskan.
Bung Karno yang terus berjuang bahu-membahu bersama rakyat Indonesia akhirnya bersama Moh Hatta bisa memproklamirkan Kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945.
Baca juga: Setelah Bercerai Seperti Inilah Tempat Tinggal Putri Diana, Jangan Terkejut Ya!
Source | : | dari berbagai sumber |
Penulis | : | Agustinus Winardi |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR