Persis seperti yang dilakukan oleh Nathuram Godse ketika ia hendak menghabisi Gandhi. Perempuan itu juga mencium kaki Rajiv, sebagai bentuk penghormatan dalam tradisi Hindu. Tak ada yang tahu bahwa di balik bajunya terlilit bom di badannya yang siap meledak dengan sekali picu.
Hanya beberapa detik setelah memberi hormat Rajiv, perempuan itu meledakkan dirinya, menewaskan Rajiv dan para pendukungnya.
Belakangan diketahui, pelaku bom bunuh diri itu, Thenmuli Rajaratnam, yang lebih dikenal sebagai Dhanu, adalah anggota organisasi separatis Macan Pembebasan Tamil Eelam di Sri Lanka.
Pada saat itu Rajiv memang sedang menjadi incaran separatis Macan Tamil karena kebijakannya yang dianggap berpihak kepada Sri Lanka dalam menumpas gerilya mereka.
Kematian Rajiv ini melengkapi daftar tragedi dalam dinasti Nehru - Gandhi. Mahatma Gandhi terbunuh karena dianggap terlalu lunak kepada Pakistan yang memisahkan diri dari India. Indira Gandhi ditembak penganut Sikh karena ia dianggap terlalu keras kepada kaum Sikh Punjab yang berusaha memisahkan diri dari India.
Adapun Rajiv dibunuh karena dianggap melawan usaha pemisahan diri Macan Tamil dari Sri Lanka. Semua berkaitan dengan separatisme.
Begitu Rajiv Gandhi tewas, giliran Sonia Gandhi, istri Rajiv, yang memutuskan terjun ke dunia politik. Keputusan ini pun sama dengan keputusan Rajiv sebelumnya. Ketika Sanjay dan Indira tewas, Sonia memperingatkan Rajiv agar tidak ikut-ikutan terjun ke dunia politik. Berbahaya!
Namun, kematian orang-orang tercinta membuat Rajiv seperti tak punya pilihan lain. Ia pun menerima ketika ditunjuk sebagai perdana menteri. Begitu Rajiv dibunuh, Sonia pun akhirnya memutuskan untuk terjun ke dunia yang telah merenggut orang-orang yang dicintainya.
Baca juga: Mengenang Jasa Besar Abraham Zapruder yang Berhasil Merekam Kematian John F. Kennedy
Hingga kini, dinasti Nehru - Gandhi masih punya pengaruh cukup kuat di India. Jika di Pakistan generasi Bhutto diwakili oleh Bilawal (ketua Partai Rakyat Pakistan), di India generasi Nehru - Gandhi diwakili oleh Sonia Gandhi (ketua Partai Kongres Nasional India) dan "putra mahkota" yang kini sedang digadang-gadang, yakni Rahul Gandhi (anak Rajiv dan Sonia).
Tak ada yang tahu apakah generasi dinasti Nehru – Gandhi di masa datang akan menghadapi nasib tragis seperti para pendahulu mereka atau tidak. Hanya Tuhan yang tahu.
Kutukan atau kebetulan?
Tradisi bunuh-membunuh dalam urusan politik bisa dijumpai hampir di semua bangsa. Bukan hanya di India danPakistan, tragedi serupa juga terjadi di Amerika Serikat (AS), sebuah negara yang sering dianggap sebagai kiblat peradaban modern.
Yang paling terkenal tentu saja adalah klan Kennedy. Saat ini pamor dinasti Kennedy memang sudah redup di panggung politik AS. Namun, di paruh akhir abad lalu, keluarga Kennedy adalah dinasti politik yang sangat disegani di AS.
Orang paling penting dalam klan ini, Presiden AS ke-35, John F. Kennedy (JFK), tewas diterjang peluru penembak gelap di Dallas, Texas, pada 22 November 1963.
Baca juga: Gara-gara Invasi Teluk Babi, CIA-Mossad Berkonspirasi Bunuh John F. Kennedy?
JFK bukanlah orang pertama dalam klan Kennedy yang tewas secara tragis. Jauh sebelum itu, 12 Agustus 1944, Joseph P. Kennedy Jr., saudara laki-lakinya, tewas dalam sebuah kecelakaan pesawat pada masa Perang Dunia Kedua.
Kathleen A. Kennedy, saudara perempuannya juga meninggal pada sebuah kecelakaan pesawat terbang pada 13 Mei 1948. Senator Robert F. Kennedy, saudara JFK yang lain, tewas ditembak pada 6 Juni 1968 di sebuah kampanye Pemilu.
Yang paling mutakhir, pada 16 Juli 1999, John F. Kennedy Jr. (putra JFK), juga tewas dalam sebuah kecelakaan pesawat tebang bersama istri dan saudara iparnya.
Masih banyak lagi anggota keluarga Kennedy yang tewas secara tragis. Tidak semuanya terkait dengan politik. Sebagian tewas akibat murni kecelakaan, ada yang mati karena penyakit, bahkan ada pula yang karena overdosis obat terlarang.
Namun, karena begitu seringnya anggota klan Kenendy mati secara mengenaskan, banyak yang beranggapan bahwa nasib buruk itu adalah semacam kutukan.
Baca juga: Surat Cinta John F. Kennedy pada Meyer Menjadi Surat Cinta Paling Tragis dalam Akhir Hayat Mereka
Glenda Kwek, penulis di koran The Sydney Morning Herald, Australia, menyebut nasib buruk yang bertubi-tubi dalam satu keluarga itu dengan istilah yang tidak serius: "violent-death DNA". Gen yang akan membuat pemiliknya mati secara tragis.
Tentu saja ini bukan istilah ilmiah. Dunia ilmu pengetahuan sampai kini tidak menemukan gen semacam itu. Mereka yang tak percaya adanya kutukan tentu akan menganggap semua kejadian ini sebagai kebetulan.
Sebuah kebetulan yang terjadi mengikuti hukum probabilitas dan logika sebab akibat. Tapi, apa pun namanya, jika memang itu semua adalah kebetulan, pastilah kebetulan yang sempurna!
(Ditulis oleh M. Sholekhudin. Seperti pernah dimuat di Majalah Intisari edisi Februari 2008)
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR