Saat dijenguk kali terakhir oleh anak dan istrinya, Zulfikar pun sudah yakin ia akan segera dieksekusi. Malam itu, ia minta kepada sipir agar diberi waktu untuk mandi dan bercukur.
"Dunia ini indah. Aku ingin meninggalkannya dalam keadaan bersih," kata Zulfikar. Ia menyuruh Benazir mengemasi buku-buku yang ia bawa di penjara serta meninggalkan sebatang rokok kegemarannya dan minyak wangi shalimar kesukaannya.
Ketika waktu berkunjung sudah habis, Benazir dan Nusrat pun kembali lagi ke selnya.
Firasat mereka benar. Esok paginya, seorang sipir mengantarkan barang-barang pribadi Zulfikar ke kamar Benazir. "Kami telah mengantarnya ke tempat yang damai," kata sipir itu.
Benazir dan Nusrat tak kuasa menahan tangis ketika mereka menerima baju, celana, cangkir, dan cincin Zulfikar. "Aku mendekap pakaian bapakku. Aroma minyak wangi shalimar masih tercium. Sejak hari itu, aku selalu tidur dengan pakaian itu di bawah bantalku," kata Benazir.
Baca juga: Benarkah Suku Asli Pakistan Ini Keturunan Pasukan Aleksander Agung yang Kesohor Itu?
"Tiap kali melihat pakaian bapakku, aku selalu ingat Kathleen Kennedy (anak senator Robert F. Kennedy) yang memakai jaket bapaknya di Radcliffe College, Harvard University. Selama ini keluarga kami, Bhutto dan Kennedy, sering dibanding-bandingkan. Sekarang, kami punya persamaan yang jelas. Anggota keluarga kami sama-sama mati dibunuh."
Kekhawatirannya terbukti tak lama kemudian. Pada 18 Juli 1985, ketika sedang berada di pengasingan di Prancis, Shahnawaz Bhutto, adik laki-laki Benazir, ditemukan tewas secara misterius di apartemennya. Usianya saat itu baru 27 tahun. Diyakini ia mati diracun.
Tak ada alasan untuk takut
"Kutukan" tidak hanya berhenti sampai di sini. Ketika Benazir Bhutto menjadi perdana menteri Pakistan kali kedua (1993 - 1996), keluarga Bhutto mengalami perpecahan internal.
Murtaza Bhutto, saudara laki-laki Benazir yang beraliran kiri, bersengketa dengan Asif Ali Zardari, suami Benazir, yang dituduh gemar melakukan korupsi. Sengketa itu mencapai klimaksnya tanggal 20 Sepetember 1996.
Murtaza mati ditembak oleh orang-orang yang diyakini sebagai suruhan Asif Ali Zardari. Murtaza adalah orang ketiga dalam keluarga Bhutto yang tewas secara tragis setelah Zulfikar dan Shahnawaz.
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR