Intisari-Online.com -Meski sama-sama menggunakan kendaraan roda empat, bisnisfood truck di Indonesiayang mewabah di Jakarta akhir-akhir ini berkiblat ke “moko”-nya Amerika Serikat. Itu pun masih ada beberapa penyesuaian dengan kondisi di Indonesia.
“Di Amerika Serikat sana, makanan yang dijual di food truck disiapkan dari nol di truk tersebut. Itu sebabnya mereka menggunakan truk yang besar karena harus membawa kulkas sebagai tempat menyimpan bahan baku. Kalau di sini, hal itu tidak memungkinkan. Jalanan yang sempit dan macet membuat mobilisasi truk besar terhambat. Jadinya makanan yang dibawa di truk sudah setengah jadi,” kata Griselda Valentina, pemilik Loco Mama, salah satu food truck yang jualan menu Meksiko.
Griselda memulai bisnis food truck karena terpantik oleh rasa rindu akan suasana Los Angeles, AS, tempatnya menimba ilmu. Di kota yang berpenduduk padat ini banyak imigran asal Meksiko. Karena kemiripan dengan makanan Indonesia – mereka juga mengenal nasi sebagai makanan pokok – maka Griselda sering mampir ke food truck orang Meksiko ini.
Ketika kembali ke Indonesia, rasa kangen menu Meksiko itu coba dibisniskan Griselda. Termasuk konsep food truck-nya dengan beberapa penyesuaian.
Selain penyesuaian dalam hal penyajian tadi, mobilitas food truck juga dibatasi. “Kalau food truck di AS itu bisa berpindah-pindah. Siang jualan di A, malam bisa berpindah di B. Cuma kondisi di Jakarta ‘kan tidak memungkinkan. Selain jalanan macet, lokasi juga susah. Terutama dalam hal perizinan. Food truck ini masih baru, belum banyak yang kenal. Belum ada peraturan yang tetap dan jelas untuk kita mangkal di lokasi A dari jam sekian sampai jam sekian, lalu jam berikutnya pindah lagi ke B. Selama ini kami berpindah hanya mengikuti event saja.”
Penyesuaian lain adalah dalam hal perilaku mengonsumsi makanan yang dijual di food truck. Di AS makanan ini dikhususkan untuk dibeli lalu dibawa sambil jalan. Makannya di taman atau di tempat kerja. Jarang yang makan di tempat. “Di sini belum bisa begitu. Makanya kami menyediakan meja dan kursi. Orang Indonesia ‘kan senangnya nongkrong sambil makan.”
Sedangkan perbedaan food truck dengan moko yang sudah dikenal sebelumnya adalah dalam hal penyajian makanan. Di food truck masih ada proses masak memasaknya. Sementara di moko sebagian besar makanan sudah jadi.
Sebelum berjualan Griselda melakukan survei dulu. Menu yang akan dijual dipilih yang agak familiar dengan masyarakat Indonesia, yakni burrito. “Ada nasi di dalamnya. Bumbu-bumbunya juga tidak berbeda dengan yang ada di masyarakat kita. Rasanya pedas, asam, asin tidak begitu berbeda dengan kuliner di Indonesia,” kata Griselda yang juga memiliki bisnis kue ini.Artikel ini bertulis di Intisari edisi Desember 2014 dengan judul "Food Truck Bermula dari Raya Kangen".