Takjil Yang Salah Kaprah

Andi Gunawan

Editor

Takjil Yang Salah Kaprah
Takjil Yang Salah Kaprah

Intisari-Online.com - Berbagi merupakan cara antarmanusia bersosialisasi. Salah satu upaya agar manusia tetap waras dan tak merasa sendiri. Banyak hal yang dapat dibagi. Ini bukan soal besar/kecil materi. Bukan pula perkara tinggi/rendah jasa. Buat saya, berbagi adalah cara lain menciptakan kebahagiaan.

ba·ha·gia keadaan atau perasaan senang dan tenteram (bebas dr segala yg menyusahkan):2aberuntung.

Jika bahagia ialah soal keberuntungan, maka terlalu banyak orang yang tidak beruntung. Tidak beruntung menurut keadaan masyarakat yang melingkupinya. Saya tak ingin membuat standardisasi kebahagiaan karena merupakan hal yang sangat personal. Bisa jadi apa yang membuat saya bahagia tak berarti apa-apa bagi orang lain. Berlaku juga sebaliknya, apa yang saya anggap sepele, justru bisa jadi pemicu kebahagiaan orang lain.

Berbagi kebahagiaan bisa dilakukan dengan banyak hal. Saat bulan Ramadan seperti ini, salah satu bentuk berbagi yang sederhana tapi berarti ialah memberi makan atau minum untuk berbuka puasa. "Barangsiapa memberi makan orang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa tersebut, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikit pun juga." (HR. Tirmidzi)

Jakarta adalah kota yang sibuk dengan tingkat mobilitas yang tinggi. Tak mengherankan jika kita menemui kemacetan di sana-sini, terutama saat jam lepas kantor. Hal ini membuat banyak orang mau tak mau melewati waktu berbuka puasa di jalan. Tak ada salahnya jika kita ingin berbagi makanan atau minuman untuk berbuka puasa kepada mereka di jalanan. Bukankah berbagi kebaikan bisa dilakukan di mana saja?

Masyarakat kita menyebut makanan pembuka puasa sebagai takjil. Entah sejak kapan istilah ini digunakan, tapi ini merupakan kesalahkaprahan bahasa yang sering terjadi di Indonesia. Orang-orang seringkali menyebut sesuatu dengan istilah yang tak semestinya.

Asal katatakjilsendiri berasal dari bahasa Arab (ta'jil) yang berarti menyegerakan. Sementara serapannya yang terdapat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia tertulis begini:tak·jilv islmempercepat (dl berbuka puasa). Jadi, kurang tepat jika menyebut hidangan pembuka puasa sebagai takjil.

Takjil ialah sebuah kata kerja, bukan kata benda. Takjil merupakan salah satu amalan saat berbuka puasa, yakni kita mesti menyegerakan diri membatalkan puasa jika tiba waktunya. Hal ini terdapat dalam beberapa hadis, salah satunya: "Manusia akan senantiasa berada dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka." (HR. Bukhari no. 1957 dan Muslim no. 1098)

Sebaiknya kita menyebut kebaikan dengan cara yang baik pula. Sebab kata adalah pengendali realita, maka gunakanlah secara cermat dan seharusnya. Berbagilah secara baik dan tepat. Selamat berpuasa.