Pelajaran di Perang Teluk, Perang Suriah, dan juga peperangan di Afganistan menunjukkan bahwa negara yang tidak memiliki pertahanan sistem rudal untuk melawan rudal lawan akan kewalahan ketika mendapat gempuran rudal dalam jumlah besar.
Pasalnya serangan menggunakan rudal merupakan penerapan peperangan asimetris, di mana pihak penyerang melakukan serangan dari jarak jauh ke target musuh dan tanpa terdektesi keberadaannya.
Jika pihak yang diserang tidak memiliki rudal balistik untuk membalasnya, maka persenjataan dan pasukan yang terlatih di negara yang menjadi target gempuran rudal hanya akan menjadi korban tanpa bisa melakukan serangan balasan.
Oleh karena itu, seandainya saja Indonesia sampai digempur rudal balistik oleh musuh, akan menjadi negara yang benar-benar tidak berdaya karena sama sekali tidak memiliki pertahanan antirudal.
Ketika Presiden Joko Widodo berkunjung ke Rusia pada bulan Mei 2016 dan bertemu dengan Presiden Vladimir Putin, ketertarikan Indonesia untuk memiliki persenjataan antirudal buatan Rusia sebenarnya sudah disampaikan.
Rudal yang ‘ditaksir’ Presdien Jokowi bahkan dari jenis yang canggih yakni S-200 dan S-400.
Baca juga: Teknologi Terbaru Anti Rudal Nuklir Rusia, Bila Meledak Negara Sebesar Prancis pun Langsung 'Habis'!
Baca juga: S-200, Alat Pertahanan Jadul Suriah yang Sukses Merontokkan Rudal Mahal Tomahawk
Khusus S-400 bahkan merupakan rudal balistik yang bisa digunakan untuk menghantam sasaran apa saja hingga jarak 400 km.
Apalagi jika jumlah peluncur dan rudalnya banyak, S-400 bahkan bisa digunakan untuk menghantam 40 sasaran sekaligus.
Hingga kini rudal S-400 juga merupakan rudal balistik yang paling ditakuti AS karena bisa merontokkan jet tempur siluman dengan mudah.
Oleh karena itu ketika Turki memutuskan ujntuk membeli rudal S-400 Rusia, AS yang selama ini enggan menjual jet tempur F-35 ke Turki jadi kelabakan.
Pasalnya rudal-rudal S-400 Turki bisa merontokkan F-35 Israel.
Seandainya saja dalam Rapim TNI ancaman serangan rudal balistik menjadi tantangan yang harus dijawab maka kepemilikan rudal balistik bagi Indonesia memang tidak bisa dielakkan.
Apalagi Indonesia memiliki banyak pulau yang bisa digunakan untuk menjadi pangkalan rudal.
Jadi selain untuk kepentingan mempertahankan diri dalam upaya mengantisipasi perang asimetris, berkat kepemilikan rudal jarak jauh, detterent effeck Indonesia juga meningkat sekaligus bisa mencerminkan negara yang sakti mandraguna.
Source | : | rt.com,Defense News.com |
Penulis | : | Agustinus Winardi |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR