Intisari-Online.com – Selama Bulan Ramadan, kerudung biasanya menjadi busana favorit di televisi. Artis-artis yang di bulan lain biasa berpakaian seksi, selama bulan ini, tampil dengan penutup kepala.
Terlepas dari sahih tidaknya, di Indonesia, kerudung biasanya identik dengan kesalehan seorang perempuan. Kerudung juga identik dengan Islam.
Wajar saja karena memang mayoritas penduduknya beragama Islam. Seperti kita tahu, Islam mengenal konsep aurat dan jilbab.
Kerudung memang tidak seratus persen sama dengan jilbab. Tapi dalam budaya Indonesia, kerudung adalah tafsir dari konsep jilbab.
Baca juga: Ketika Cewek Punk Memutuskan untuk Berjilbab Meski Tato di Dahinya Terus Menjadi Sorotan
Dalam sejarah peradaban manusia, kain penutup kepala bukan monopoli tradisi Islam. Agama-agama dan kebudayaan lain pun mengenal tradisi berkerudung.
Pada masa peradaban Assyria, sekitar abad ke-13 SM, kaum perempuan sudah mengenal tradisi ini. Cuma, pada masa itu, kain penutup kepala tak ada urusannya dengan konsep aurat.
Kerudung dipakai sebagai penegas identitas. Pakaian ini hanya digunakan oleh kaum bangsawan untuk membedakan statusnya dari perempuan biasa.
Sebelum era Islam pun, perempuan Arab sudah terbiasa memakai penutup kepala. Saat berada di luar rumah, tudung kepala ini bisa melindungi mereka dari debu dan sinar Matahari.
Agama Nasrani pun mengenal tradisi berkerudung. Setidaknya ini bisa kita lihat dari gambaran Bunda Maria yang selalu tampil menggunakan kerudung.
Baca juga: Ingin Kurangi Ketombe dan Bau pada Rambut Saat Berjilbab, Ingat Cara Berikut Ini
Hingga sekarang, tradisi berkerudung ini masih bisa kita lihat di kalangan para suster Katolik.
Menurut ensiklopedia Britannica, pada abad ke-12 - 14, kerudung ini tldak hanya dipakai para blarawati, tapi juga biasa dipakai oleh perempuan biasa di Eropa.
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR