Lemak darah dinormalkan, kencing manis dikontrol, darah tinggi diturunkan, berat badan dibikin ideal, banyak bergerak badan, tidak merokok, diet rendah lemak, batasi garam dapur, dan jauhkan dari cemaran stres.
Terakhir namun jangan dilupakan: hiduplah dengan lebih rileks.
Namun, tidak semua yang koronernya tersumbat merasakan nyeri dada. Misalnya pada pengidap kencing manis dengan jantung koroner. Ini tergolong silent ischemic.
Bisa dibayangkan, dengan peringatan saja sudah berbahaya, apalagi tanpa merasakan nyeri dada. Tiba-tiba saja sumbatannya sudah total, dan berakibat fatal.
Baca juga: Inilah Golongan Darah yang Rawan Terkena Serangan Jantung, Waspadalah!
Serangan "angin duduk" sering dikeluhkan seperti "masuk angin". Orang minta dikeroki, dibalur minyak angin, dipijat, atau minta minum yang hangat.
Padahal waktu untuk menolongnya amatlah singkat. Untuk kasus "angin duduk" waktu yang tersedia untuk menyelamatkan jantung tak lebih dari 15 menit.
Maka seharusnya korban langsung diusung ke rumah sakit. Sekurang-kurangnya beri tablet aspirin sekadar menjadikan darah lebih encer sebelum tiba di rumah sakit.
Sumbatan koroner bukan hanya oleh "karat lemak" pada dindingnya. Aliran darah koroner diperburuk oleh darah yang mengental, atau gumpalan lemak dan bekuan darah kiriman dari luar jantung.
Maka selain menormalkan lemak darah, perlu juga mengencerkan darah. Yang pernah mengalami angina, atau berisiko koronernya tersumbat, darahnya tidak boleh kental.
Untuk itu jangan sampai kurang minum, dan rutin minum tablet aspirin.
Datangi lab secara berkala untuk memeriksa kekentalan darah. Untuk menjaga derasnya aliran darah koroner, tensi darah jangan sampai anjlok.
Kerja jantung dijaga tetap ajeg. Berhati-hati jika memiliki tubuh tergolong pendek. Semakin pendek tinggi badan, semakin kecil penampang koroner.
Semakin kecil koroner, semakin besar risiko tersumbat. (dr. Handrawan Nadesul – Intisari Mei 2007)
Baca juga: Terkena Serangan Jantung saat Sendirian, Cara Pria Ini Selamatkan Nyawa Disebut 'Sangat Jenius'
Source | : | intisari |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR