Sesudah bebas cuka, nata diiris-iris menjadi bentuk dadu ½ x 1 ½ cm, atau 1 ½ x 2 cm, lalu direbus selama 30 menit. Sudah tentu dibubuhi air secukupnya supaya tidak gosong.
Maksud perebusan itu ialah agar gumpalan koloida yang terbentuk dari cairan itu tetap berbentuk gel seperti gelatin (agar-agar) akibat dipanaskan itu. Tidak berbentuk sol terus, seperti sebelum dipanaskan, yang sewaktu-waktu bisa mencair kembali.
Dengan direbus itu pula, nata yang terbentuk jadi bebas bakteri pembusukan.
Sesudah direbus selama 30 menit, gel nata ditiriskan (dikeringkan di atas saringan, agar cairannya menetes ke bawah, hingga ia kering angin), lalu dicampur dengan gula pasir sebanyak bobot nata yang ada.
Lalu dibiarkan selama satu malam, agar gula sempat meresap ke dalamnya.
Baca juga: Terserang Demam? Labu Air Daging Sengkel Bisa Jadi Pilihan Menu Berbuka Puasa Hari Ini
Disterilkan supaya awet
Esok harinya, nata yang manis itu dimasukkan ke dalam botol jam untuk disterilkan dalam panci pressure cooker. Memang sebaiknya ia dikemas dalam botol, supaya laku dijual di supermarket yang ruangannya dingin.
Sudah tcntu, botol selai yang akan dipakai harus sudah dicuci dulu dengan air sabun, dan dibilasi dengan air panas. Tutupnya (yang umumnya terbuat dari plastik tebal yang kuat) juga diperlakukan serupa.
Nata yang sudah dimasukkan ke dalam botol bersih lazimnya diberi cairan sirop gula, sebagai bahan pengawet. Tapi sirop yang dibubuhkan harus panas. Jadi waktu yang diperlukan untuk mensterilkan tidak perlu bertele-tele, karena sirop itu sendiri sudah panas.
Sirop ini harus merendam nata sedemikian rupa, hingga permukaan cairan masih terletak ± 1 cm di bawah batas tutup botol.
Mengapa tidak boleh penuh sama sekali? Tidak lain agar kalau cairan perendam itu nanti memuai setelah dipanaskan dalam pressure cooker ia tidak akan menekan tutup botol sampai jebol, gara-gara tidak ada rongga udara sebagai penyekat.
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR