Jadi tidak mengacau proses fermentasi yang ingin kita lakukan dengan biakan Acetobacter xylinum murni nanti.
Sesudah didinginkan kembali, air kelapa bersih itu dituang kedalam bak pencampur, dan dibubuhi gula pasir (sebaiknya dilarutkan dalam sejumlah air bersih sedikit dulu) sebanyak 20 kg. Lalu seluruhnya dibubuhi asam cuka 5% sebanyak 1 liter.
Cuka 5% ini sudah cukup pekat untuk membuat suasana asam bagi Acetobacter, agar bekerja giat merombak molekul gula menjadi molekul selulosa.
Setelah diaduk sampai rata dengan pengaduk plastik yang juga sudah disterilkan, cairan dibubuhi starter (biang) bakteri nata, Acetobacter xylinum, lalu diaduk terus sampai biang itu pun tercampur rata.
Baca juga: Pengalaman Berpuasa di Negeri Dingin, Udara Segar Tapi Tenggorokan Malah Kering dan Cepat Haus
Cairan lalu dituang ke dalam sejumlah wadah dangkal yang lebih kecil (misalnya panci bergaris tengah 20-30 cm setinggi 20 cm, atau wadah lain dari gelas sebesar itu), yang berlaku sebagai pt fermentasi. Tapi menuangkannya jangan sampai lebih dari 15 cm tingginya (atau dalamnya).
Cairan sedangkal 15 cm ini dimaksudkan agar yang terlibat dalam proses nanti hanya cairan seperlunya saja. Tidak banyak yang akan terbuang mubazir sebagai cairan bawah.
Tempat fermentasi harus ditutup rapat dengan kain, supaya tidak diserbu semut atau serangga lain, tapi masih bisa ditembus oleh udara yang dibutuhkan oleh bakteri. Maka, padatan akan terbentuk pelan-pelan, di dekat permukaan. Itu pun kalau wadah itu ditaruh di atas rak datar yang bebas senggol-senggolan.
Makin lama, lapisan nata itu makin tebal (dan menebalnya justru ke arah bawah), sampai akhirnya tidak bisa ditahan lagi oleh cairan di bawahnya. Lalu ambrol.
Tapi sudah tentu, sebelum ambrol, nata harus dipanen. Yaitu setelah 12-15 hari sejak cairan dituang dulu.
Baca juga: Ingin Dapatkan Rasa dan Tekstur Kurma yang Enak? Simak 6 Tips Berikut Ini
Untuk membuang asam cuka yang masih menempel, nata de coco harus direndam selama tiga hari dalam air bersih, dan setiap hari diperbaharui air rendamannya.
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR