Hasil tahunan sebanyak 45 – 90 kg tiap pohon sudah dipandang bagus. Kadang-kadang ada yang lebih, apalagi kalau bibitnya varietas unggul. Di antara 1.000 varietas yang dikenal, hanya ada 20 yang dinilai berbuah komersial.
Kalau sudah masak pohon, ukurannya bisa segede buah pinang (yang kecil). Warnanya kuning emas atau merah, bergantung pada varietasnya. Ada pula varietas berbuah kuning, yang bila sudah tua berubah merah dan kalau sudah masak jadi hitam.
Baca juga: Resep Sehat: Cake Kurma Potong
Di bawah kulitnya yang tipis dan licin tersekap daging buahnya yang juicy, seperti sawo. Juicy-nya juga bervariasi. Ada yang lunak (karena banyak air), setengah kering dan kering sama sekali.
Varietas yang kita makan sebagai pencuci mulut ialah yang lunak dan setengah kering, sedangkan kurma kering biasanya digiling menjadi tepung untuk dimasak sebagai makanan. Tidak sebagai pencuci mulut.
Di negara-negara Arab, buah kurma yang lunak dimakan segar. Itu dinilai sehat, karena selain mengandung gula 60% juga protein 2%. Tapi untuk konsumen luar negeri mereka, buah itu diawetkan – dengan pengeringan, supaya tahan lama disimpan selama diperdagangkan.
Baca juga: Puasa Selama 22 Jam per Hari, Ini Tantangan Ramadan yang Harus Dilalui Muslim di Islandia
Setelah dikeringkan, kadar airnya berkurang sehingga kadar gulanya naik sampai 80%.
Dalam perdagangan, buah kurma dikemas lepas dalam wadahnya, kalau penampilannya memang masih bagus. Kalau tidak, buah itu dipes menjadi blok-blok persegi, agar masih mendapat untung yang lumayan dari buah kurang menarik yang harganya murah ini.
Kurma yang bermutu dulu dihasilkan oleh Tunisia dan terkenal sebagai konings dadels (semacam king size) untuk pencuci mulut. Sekarang, kurma semacam itu juga dihasilkan oleh Arab Saudi, lembah Sungai Shattel Arab di Irak (bekas Babilon), Iran, dan Kalifornia.
(Ditulis oleh Slamet Soeseno. Seperti pernah dimuat di Majalah Intisari edisi Maret 1992)
Baca juga: Jelang Puasa, Yuk Belajar Mengolah Kolang-kaling Agar Lebih Tahan Lama
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR