Kebanyakan menyebut bahwa harga tersebut memang tak masuk akal bagi sebagian masyarakat Indonesia, hanya cocok untuk kaum konglomerat.
Ada pula yang menganggap harga tersebut wajar karena sesuai dengan kualitas pendidikan yang diberikan.
Istilahnya, 'ada harga, ada rupa'.
Benarkah demikian? Sebelum menjawabnya, kita wajib menyimak ulasan tentang biaya pendidikan anak dalam artikel berjudul "Realitas dalam Memilih Sekolah Anak" yang tayang di majalah Intisari edisi Ekstra 2013 berikut ini.
---
Baru genap satu bulan si buyung di sekolah barunya, orangtuanya sudah memindahkannya ke sekolah lain. Itu masih mending. Sebab di sekolah sebelumnya, ia hanya bertahan dua minggu.
Usut punya usut, baik si anak maupun orangtuanya memang merasa tidak sreg dengan sekolahsekolah itu. Sekolah pertama letaknya terlalu jauh dari rumah. Kasihan si kecil harus menempuh perjalanan jauh untuk sampai di sekolah, begitu pikir orangtuanya.
Baca juga: Hanya 1 Menit, Sakit Gigi Tak Tertahan Reda dengan 5 Bahan Alami ini
Sedangkan sekolah kedua menerapkan peraturan yang terlalu ketat untuk mendisiplinkan siswanya. Orangtuanya tak mau peraturan sekolah memasung hasrat anak untuk berkreasi dan mengelaborasi hal-hal yang menarik minatnya.
Beruntung, si buah hati masih bersekolah di level taman kanakkanak (TK). Saat masih di jenjang TK atau prasekolah memang tidak mengharuskan ada komitmen untuk mengikuti pelajaran hingga tuntas, sehingga anak bisa pindahpindah sekolah.
Tapi jangan coba-coba hal ini dilakukan pada jenjang yang lebih tinggi. Hal itu akan bakal mengganggu kegiatan belajar mengajar sekolah, dan si anak pun harus beradaptasi dari nol.
Beruntung bagi orangtua, beberapa tahun belakangan bermunculan sekolah baru dengan model yang spesifik. Pilihannya tidak lagi antara sekolah negeri dan swasta, atau sekolah umum dan agama, melainkan lebih beragam.
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR