Pada 18 Mei 1958 dini hari satu pesawat AUREV menyerang Pangkalan Udara Pattimura (Ambon). Pada saat yang sama, di Lanud Liang, pilot P-51 AURI, Kapten Udara Dewanto juga sedang bersiap di kokpit pesawatnya untuk melaksanakan serangan udara menuju Lanud Mapanget AUREV di Manado.
Bahan bakar untuk terbang jarak jauh sudah diisi penuh demikian pula amunisi senapan mesin dan roket untuk kepentingan dogfight serta gempuran ke sasaran di darat.
Ketika sedang bersiap-siap untuk take off, tiba-tiba Kapten Dewanto menerima berita tentang serangan udara AUREV di kota Ambon. Sesuai perintah Mayor Leo Wattimena, Kapten Dewanto pun segera take off dan melesat terbang menuju kota Ambon yang berjarak sekitar 31 km dari Lanud Liang
Tatkala beberapa menit kemudian P-51 yang siap tempur sudah berada di atas udara Ambon, Dewanto melihat asap mengepul di mana-mana.
Puing-puing yang berserakan dan tersebar dalam jarak tertentu serta pohon-pohon yang hangus berasap menandakan baru saja terjadi serangan udara terhadap Ambon.
Kapten Dewanto kemudian melaksanakan terbang serach and destroy sambil melaksanakan manuver berputar-putar untuk melakukan observasi secara visual.
Setelah sekian menit terbang, B-26 Invader AUREV ternyata tidak terlihat. Kemudian Kapten Dewanto mengarahkan pesawatnya ke barat menuju lautan.
Demi persiapan dogfight sesuai prosedur tanki bahan bakar cadangan untuk terbang jarak jauh (ferry tank) dilepas sehingga kecepatan dan kelincahan pesawat bertambah.
Kapten Udara Dewanto terbang makin rendah di atas permukaan laut , sambil pandangannya tertuju kepada konvoi kapal ALRI yang akan melaksanakan serangan ke Sulawesi.
Sekonyong-konyong dilihatnya pesawat B-26 Invader AUREV yang sedang melaju ke arah konvoi kapal ALRI di bawahnya.
Menyadari hadirnya pesawat asing semua kapal ALRI segera mengumandangkan peran tempur udara sambil menyiapkan senapan dan meriam antiserangan udara.
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR