Intisari-Online.com -Kista kerap menjadi momok bagi para perempuan. Meskipun peluangnya kecil, kista bisa menjadi kanker ovarium yang dan risiko akan terus bertambah seiring dengan bertambahnya waktu. Oleh sebab itu, penting untuk mengenali dan kemudian mencegah gejala-gejala munculnya kista.
Dalam ruang panggung perempuan, terdapat rahim yang diapit oleh dua ovarium, alis organ pembuat sel telur. Dalam ovarium ada folikel yang menyimpan sel telur. Folikel ovarium juga mengeluarkan hormon yang memengaruhi tahapan siklus ovarium.
Saban bulan, ada satu sel telur yang matang dan keluar dari ovarium menuju tuba falopi (saluran telur). Semua proses ini terjadi atas bantuan berbagai hormon, antara lain adalah estrogen dan progesteron wanita. Mary Jane Minkin, MD, profesor klinis kebidanan, kandungan, dan reproduksi di Yale University School of Medicine, mengatakan, jika folikel tidak melepas sel telur, folikel akan membesar dan berkembang menjadi kista folikel atau kista ovarium.
Bagaimana mengenalinya?
Kista sering muncul tanpa gejala dan bisa hilang dengan sendirinya. Kista folikel, misalnya, kebanyakan tidak memengaruhi siklus menstruasi. Adapun kista korpus luteum timbul karena perdarahan pada waktu pelepasan sel telur.
Darah yang keluar kadang tersamar dengan darah menstruasi. Biasanya, kista korpus luteum menyebabkan sakit di rongga panggul. Namun lagi-lagi, banyak perempuan yang menganggap rasa sakit itu sebagai hal yang wajar karena menstruasi. Sebaiknya kita curiga saat menstruasi, bagian dalam rongga panggul terasa sakit hebat, atau siklus haid tidak teratur.
Jika perlu, segeralah pergi ke dokter. Di sana, dokter mungkin akan menemukan satu kista yang ukurannya cukup besar saat pemeriksaan ruang panggul atau saat USG. Ada beberapa perempuan yang mengalami gejala berupa nyeri di area perut, dan ini bisa jadi petunjuk bagi dokter untuk menduga adanya kista.
Beberapa penderita kista biasanya akan mengalami demam, mual, dan muntah. Gejala-gejala ini mungkin saja merupakan tanda infeksi dan harus segera ditangani.
Salah satu hal yang paling membuat dokter khawatir adalah ketika kista menyebabkan ovarium berputar, yang tidak hanya dapat menyebabkan infeksi, tetapi juga menghambat suplai darah ke ovarium. Hal ini dapat menyebabkan kerusakan permanen yang dikenal sebagai adneksa torsi. Kabar baiknya, adneksa torsi jarang terjadi.
Lalu, bagaimana mencegahnya? Hamil bisa mencegah tumbuhnya kista, karena saat hamil tidak terjadi ovulasi. Ada juga penelitian yang menyebutkan, bahwa pil KB bisa membantu menekan risiko kista karena alasan yang sama dengan kehamilan, yaitu pil KB membuat seorang wanita tidak mengalami ovulasi.
Selain itu, kita juga bisa memperbanyak mengonsumsi makanan nabati seperti sayur dan buah-buahan segar. Kita juga harus menjaga kebersihan area intim juga dianjurkan sebagai tindakan pencegahan. Beberapa kasus penyakit yang berhubungan dengan area kewanitaan disebabkan oleh infeksi mikroorganisme yang memicu pertumbuhan sel secara tidak normal.
Seperti disebut di awal, kista bisa menjadi kanker ovarium, tapi kemungkinannya sangat kecil. Untuk menentukan apakah kista berupa tumor yang berpotensi menjadi kanker atau bukan, dokter akan melakukan pemeriksaan ultrasound. Alat ultrasound dapat mendeteksi apakah kista berisi cairan (kista fungsional yang biasanya tidak berbahaya dan bisa hilang sendiri) atau berupa jaringan padat alias tumor.(Kompas.com)