Intisari-Online.com - Nama pasar ini sudah tak asing di telingaku. Soalnya, tetanggaku ada yang kulakan pakaian di sini. Toh, meski jarak Yogyakarta - Solo tak begitu jauh, baru sekali aku ke Pasar Klewer yang begitu terkenal sebagai pasar batik yang superlengkap.
Memasuki lorong-lorongnya, "bau" batik langsung terasa. Jika di luar pasar masih ada yang jual barang bukan batik, di dalam pasar lantai satu hampir semua dipenuhi batik. Tak hanya di los-losnya, di sisi-sisi lorong bertebaran pedagang yang menjajakan batik.
Alhasil, untuk bergerak tak jarang harus memiringkan badan. Toh ada kenikmatan dan keasyikan tersendiri cuci mata di pasar ini.
Kalau dikatakan pasar batik terbesar di Indonesia menurut saya tidak berlebihan. Soalnya, semua pedagang yang ada menjual bermacam-macam batik. Dari batik cap sampai batik tulis. Dari kain biasa sampai sutra, Tentu harganya juga merentang dari puluhan ribu sampai jutaan rupiah.
Hampir semua pedagang tidak "galak" dalam menawarkan dagangannya. Kita pun seperti tak terteror untuk harus berbelanja. Tertarik, lihat, teliti. Jika cocok bayar. Kalau kurang sreg, ya pindah ke lain tempat.
Dahulu kala, tempat yang sekarang digunakan untuk pasar batik ini merupakan tempat pemberhentian kereta api. Otomatis terjadi kerumunan orang, yang lalu ditangkap sebagai pasar yang menggiurkan untuk menjual barang. Lama-lama menjadi pasar dan dikenal dengan Pasar Slompretan.
Slompretan berasal dari slompret (terompet). Ini terinspirasi dari suara yang mengiringi kereta saat mau berangkat. Pasar Slompretan ini juga dijejali dengan pedagang kecil yang menjual tekstil, khususnya batik. Para pedagang ini menjajakan batiknya dengan cara dipanggul di pundak. Alhasil, batiknya terlihat pating klewer berjuntaian. Dari sinilah nama Klewer berasal.
Pasar Klewer dibangun dalam dua tahap. Pertama tahun 1970-an dengan membangun sebuah pasar dua lantai yang dapat menampung lebih dari dua ribu unit kios. Tangga ke lantai dua dibuat lebar sehingga leluasa untuk berlalu lalangnya pembeli dan pengangkut barang dagangan. Bangunan dua lantai ini diresmikan pada tanggal 9 Juni 1971 oleh Presiden RI Soeharto.
(Baca juga: Kuliner Solo Bersatu di Galabo)
Tahap kedua dibangunlah pasar baru di sebelah timur pasar lama. Bangunan satu lantai ini diresmikan oleh Gubernur Jawa Tengah H. Ismail pada tanggal 27 Desember 1986.
Tak hanya batik solo yang dijual di Pasar Klewer. Batik pesisiran seperti pekalongan juga ada. Atau batik madura, batik yogya, batik banyumas juga tersedia. Kualitas beragam, sesuai dengan harga. Namun, karena ini pasar, kemampuan tawar menawar amat menentukan untuk memperoleh harga yang pas. Kalau mau lebih murah lagi, beli dalam partai besar.
Banyak pembeli dari luar kota yang "kulakan" batik di sini untuk dijual kembali di daerahnya. Seperti tetangga saya di kampung.
Penulis | : | Agus Surono |
Editor | : | Agus Surono |
KOMENTAR