Minyak ini berfungsi membuat sate matang lebih rata, juta tampak berminyak menggoda selera.
Dua shift
Di dinding warung terpampang tulisan yang sepintas kelihatan aneh: Satai ayam, Buka Pagi pukul 08.00 – 15.30, Sore Pukul 15.30 – 22.00. Antara jam buka pagi dan sore tak ada jeda, tapi ditulis terpisah.
Kata Hasan, ini pembagian jam kerja menjadi dua shift. Shift pagi dilayani oleh Parjo dan kawan-kawan. Sementara shift sore dilayani oleh Hanafi dan kawan-kawan. Baik shift pagi ataupun shift sore, cita rasa sate ayamnya sama enaknya.
Sebetulnya, warung ini juga menyediakan sate kambing. Rasanya juga tak kalah sedap. Daging dan gajihnya bisa membuat kita lupa urusan kolesterol. Tapi menu sate kambing tidak sepopuler sate ayamnya.
“Dalam sehari, paling ‘hanya’ laku sekitar 500 tusuk,” kata Hasan tentang jumlah pesanan sate kambing untuk shift siang.
Ia menyebut angka 500 itu dengan kata keterangan “hanya”. Padahal jumlah itu setara dengan 50 porsi. Maklum saja, pesanan untuk sate kambing tidak setara jika dibandingkan dengan pesanan sate ayam yang dalam sehari bisa mencapai belasan ribu tusuk!
Mereka memang jago tusuk dan tukang bakar profesional.
(Sumber: Yok Makan Enak di Jabodetabek - Intisari)
Baca juga: Pecel Semanggi, Kuliner Langka Surabaya Yang Datang Dari Benowo
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR