Anak-anak spesial, menurut Verauli, bukan tidak mungkin mampu bersosialisasi, walaupun mungkin secara lambat. Latih anak untuk sering bertemu orang dari berbagai lingkungan.
“Dengan demikian, dia akan belajar bersosialisasi dan mengenal pola-pola lingkungan yang berbeda, dan orang lain akan belajar menerima dia apa adanya. Ini sekaligus untuk mengedukasi orang lain akan keberadaan ABK,” ujarnya.
Menurutnya, boleh-boleh saja anak dengan gangguan diajak bersosialisasi dengan anak yang sama sepertinya. “Tapi, jangan digabung dengan anak yang gangguannya lebih berat agar tidak meniru,” ujarnya.
Verauli menambahkan, tidak semua anak penyandang autisma mengalami tantrum. Biasanya, mereka tantrum karena beberapa penyebab. Antara lain, kemampuan berkomunikasinya terbatas sehingga dia merasa tidak dipahami dan tidak paham dengan lingkungan yang membuat emosinya akhirnya meledak.
“Ada pula gangguan sensori yang membuat anak gagal memahami spasial dan dampak gerakan atau kekuatan tubuhnya ketika memukul. Mungkin maksudnya menyentuh seperti anak bayi, tapi karena dia tidak bisa mengendalikan gerakan sensor motornya sendiri, akhirnya jadi pukulan keras. Dia tidak tahu bahwa kalau dia bergerak seperti ini, hasilnya akan seperti ini,” jelasnya.
Ia menambahkan, anak dengan pengasuhan yang kasar, tidak hangat, dan melibatkan hukuman fisik, biasanya juga akan memukul. Atau, bisa juga lingkungan sekitar menyajikan aksi memukul sehingga anak meniru.
Bila anak tantrum, lanjutnya, adalah keliru bila kita menanganinya dengan cara mengiming-iminginya dengan sesuatu. Lebih baik minta dia untuk menghentikan perbuatannya.
“Kita pandu dia untuk menenangkan dirinya dengan cara dipeluk dari belakang dan menggerakkan tubuhnya dengan cara rileks. Usap-usap tubuhnya sambil secara verbal membuat konfirmasi agar dia menghentikan aksinya dan mengarahkan dirinya untuk tenang. Bila sudah tenang, barulah bisa diajak berkomunikasi tentang apa yang dia inginkan, agar dia tidak marah-marah lagi.
“Yang perlu diingat adalah ketika anak tantrum, dia merasa gagal dipahami, makanya dia frustrasi,” pungkas Verauli.
(Tabloid Nova/Hasuna Daylailatu)
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR