Setiap ulang tahun kematiannya ia menaruh bunga atas kuburnya. Malahan Eva sendiri mau juga mewakili Hitler mengerjakan itu. Suatu pertanda bahwa antara Hitler dan Eva tidak bertiup taupan asmara menderu yang membuat orang gampang cemburu.
Memang kurang tepat menjajarkan pasangan Eva-Hitler dengan Clara Petacci-Musolini. Benar ada kesamaan, Eva seperti juga Clara, diam-diam menjadi “simpanan” orang besar, mengeruk untung untuk keluarganya, dan akhirnya merangkul nasib yang sama dengan lelaki mereka.
Tetapi toh ada perbedaan besar. Antara Clara dan Mussolini menggelora asmara yang berapi. Clara mengorbankan segalanya untuk kekasihnya dan memilih Mussolini bukan pertama-tama karena ia pembesar negara.
Sedang antara Hitler dan Eva hanya sebaliknya yang kelihatan. Tidak ada suasana cinta yang meluap-luap. Hitler memilih Eva seperti seorang pertapa memilih bukunya dan sebaliknya Eva memilihnya pertama-tama karena ia memberi kesempatan untuk menjadi “Nyonya Besar”.
Anak lelaki yang penuh rahasia
Di Berchtesgaden Eva suka dikerumuni anak-anak kecil. Lima album penuh dengan gambar-gambar mereka yang segar. Mereka adalah anak-anak saudaranya dan kawan-kawan karibnya di situ.
Ratusan foto mereka terletak di lembaran kenangan itu, bersama dengan Eva maupun Hitler. Memang aneh. Hitler yang tidak segan menyabut ratusan ribu jiwa itu suka dikerumuni anak-anak. Justru di sini tampak segi kemanusiaannya.
Tetapi di antara bocah-bocah itu ada satu yang istimewa. Ia paling banyak digandeng Hitler. Tambahan lagi, rupanya mirip seklai dengan Hitler. Persis seorang Hitler yang cilik, dalam pakaian monyet.
Ia tidak pernah dipotret sendirian, melainkan selalu bersama Eva atau Hitler. Siapakah anak ini? Mengapa Hitler yang tidak suka dipotret di muka umum, meluangkan waktu untuk berpose dengan anak kecil yang tak berarti itu?
Ya malahan sampai 150 kali. Sungguh suatu keanehan. Rahasia dari album-album ini.
Dua hari sebelum ajal
Perang mengamuk dan Jerman makin terdesak. Hilter sangat memperhatikan keselamatan Eva. Wanita ini tidak boleh mengunjungi Berlin, tidak pula naik kapal terbang, meskipun dalam album sering kali terlihat bersama dengan kapal terbang pariwisata.
Akan tetapi, pada tanggal 15 April 1945 Eva melanggar perintah Hitler. Ia datang ke Berlin, untuk “menggabungkan diri dengan nasib orang yang dicintainya”. Sungguh suatu teka-teki, bagaimana para pengawalnya berani melepaskannya dari Berchtesgaden.
Adalah misteri bagaimana ada orang yang mengantarkan Eva ke Berlin, suatu perbuatan yang menantang hukuman berat dari diktator Jerman?
Rupa-rupanya semua ini disetujui Hitler kalau tidak malahan diperintahnya. Ini mengingat tidak adanya tanda-tanda bahwa Eva pernah berani melawan kehendak Hitler, dan bahwa Hitler telah menjanjikan kepada dunia bahwa ia adalah “seorang pahlawan Wagner yang mati bersama kekasihnya”.
Yang terang ialah bahwa dua hari sebelum kematiannya pada 29 April 1945 janji Hitler kepada orang tua Eva dipenuhi. Eva dinikahi dengan resmi.
Esok harinya mereka berdua bunuh diri. Bensin dituang atas mayat mereka. Dan api menjolak ke udara keabu-abuan. Seperti dalam opera. Begitulah memang yang dikehendaki Hitler. (Historia)
(Seperti pernah dimuat di Majalah Intisari edisi September 1966)
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR