Chiropractic Tak Harus Diakhiri dengan Bunyi Krek, Begini Prosedurnya

Moh Habib Asyhad

Editor

Chiropractic Tak Harus Diakhiri dengan Bunyi Krek, Begini Prosedurnya
Chiropractic Tak Harus Diakhiri dengan Bunyi Krek, Begini Prosedurnya

Intisari-Online.com -Terapi chiropractic tak harus diakhiri dengan bunyi ‘krek’! Tentu saja ini berlawanan dengan pikiran kebanyakan kita bahwa terapi ini melulu diakhiri dengan bunyi “krek… krek…” di sekujur tubuh terutama di punggung bagian atas. “Teknik chiropractic itu banyak. Ada yang menggunakan tangan, ada yang berbunyi krek itu, ada yang menggunakan peralatan,” ujar Magieline Rosalina, dokter chiropractic dari Citylife Chiropractic.Terlepas dari bahwa tidak semua harus diakhiri dengan bunyi 'krek', terapi chiropractic tidak bisa dilakukan dengan asal-asalan. Ada prosedur yang telah disepakati bersama-sama.

Perlu diperhatikan, meski dipercaya bisa sebagai terapi penyembuhan tulang belakang, terapi chiropractic juga tak bisa asal-asalan dilakukan pada pasien. Para dokter chiropractic harus mematuhi prosedur melakukan terapi yang sudah disusun oleh Perhimpunan Chiropraksi Indonesia (Perchirindo).

Menurut Magieline, pertama-tama chiropractor harus melakukan pemeriksaan menyeluruh terhadap pasien, mulai dari pemeriksaan fisik dan meminta data mengenai riwayat penyakit. “Pertama kita harus anamnesa dulu, sakitnya apa, bagian mana, ada riwayat sakit yang lain atau tidak,” ujarnya.

Chiropractor akan melakukan pemeriksaan postur tubuh dan analisis melalui pergerakan untuk melihat bagian mana yang nyeri. Selain itu, melakukan pemeriksaan terhadap bagian otot dan saraf. “Kita raba ototnya satu-satu, bagian mana yang kaku, tegang, ketarik. Lalu, pemeriksaan saraf. Badan itu kan sinyalnya banyak, alur mana nih yang salah, kita cari tahu.”

Bisa dilakikan pemeriksaan penunjang menggunakan X-Ray untuk mengetahui struktur tulang belakang. Tak hanya pemeriksaan tulang belakang, rekam medis pasien seperti hipertensi, diabetes, jantung, stroke, hingga kanker harus diketahui oleh chiropractor terlebih dahulu. Setelah pemeriksaan lengkap, chiropractor akan menentukan apakah pasien bisa dilakukan terapi chiropractic atau tidak.

“Dari pemeriksaan kita simpulkan, apakah orang ini tepat diterapi chiropractic. Jangan sampai kita terapi pasien dengan kontraindikasi. Atau kita harus kirim ke bidang lain, karena chiropractic kan enggak bisa menyelesaikan semuanya,” ujar Magie.

Jika pada pasien bisa dibantu dengan chiropractic, dari hasil pemeriksaan itu juga, chiropractor akan menentukan teknik yang digunakan untuk terapi. Terapi chiropractic yang dilakukan juga tak hanya dengan manipulasi atau adjustment hingga berbunyi krek. Ada pasien yang diterapi dengan menggunakan alat atau instrumen.(Kompas.com)