Di tengah kesulitan mendapatkan tempat parkir di jalanan padat Jakarta, begitu dapat, Dewi malah berseru, "Jangan parkir di sini! Pindah, pindah, cari tempat lain!"
Temannya menolak, tapi Dewi ngotot. Si pengemudi gusar karena tak mendapat penjelasan yang memuaskan.
"Pokoknya jangan parkir di sini!" kata Dewi setengah menghardik.
Baca juga: Diam-diam, Rusia Siapkan ‘Kereta Hantu’ dan ‘Rudal Nuklir Setan’ untuk Hancurkan AS dan Sekutunya
Dengan berat hati si pengemudi memindahkan mobil, mencari tempat lain yang entah masih tersedia atau tidak.
Tapi baru saja mobil menjauh, dari arah belakang sebuah minibus bergerak kencang tanpa kendali.
Oleng sebentar, rem berdecit, dan, braakk! Benturan keras disertai teriakan dan bunyi klakson mengiringi minibus itu menyeruduk deretan mobil yang sedang parkir.
Titik hentinya persis di area kosong yang semula akan ditempati mobil Dewi beserta teman-temannya. Wuiiih!
Sejak itu, keberadaan Dewi tnenjadi sangat khusus di antara teman-temannya.
la sering dimintai pendapat, jadi tempat berbagi, kadang ditanyai hal-hal yang sepele semacam nilai ujian atau hubungan pacaran antarteman.
"Padahal itu tidak selalu bisa saya lakukan. Belum tentu juga untuk hal-hal yang berat."
Ada kalanya memang untuk hal-hal kecil. Ketika adiknya datang mau minta uang, misalnya, kadang ia sudah tahu.
Saat melihat orang berboncengan naik motor di jalan depan rumahnya, ia bisa tahu bahwa mereka akan melakukan kejahatan.
Baca juga: Aswang, Kuntilanak Ala Filipina
Mengasah kemampuan
Lulus kuliah, Dewi menikah. la mencoba berkarier sebagai dokter gigi. Berlangsung beberapa tahun tapi hati kecilnya selalu berkata, dunianya tidak di sana.
Pada saat yang sama, vision-nya makin sering muncul. Dari yang tidak dikehendaki, lama-lama bisa dikehendaki. la bisa "memunculkan" bisikan hatinya ketika membutuhkan.
Untuk beberapa lama rumah tangganya tidak berjalan normal kendati telah ada tiga anak. Dewi makin asyik dengan dunia ramal-meramal, bahkan belajar tentang ramalan kartu tarot, garis tangan atau palmistry, dsb.
La mendatangi banyak orang "pandai" untuk belajar dan memperdalam pengetahuannya.
Dalam status janda ia bertemu dengan Yohanes Cokrowibowo, seorang suhu ahli peruntungan. Keduanya bersinergi. Pada tahun 2000, keduanya pun menikah.
Dewi menjadi pendamping suami, menemaninya ketika berpraktik, menjalani kegiatan spiritual, kadang juga memberi masukan.
Baca juga: Percaya atau Tidak, Elemen-elemen Ini Dianggap Ampuh Menangkal Santet
Tak dinyana, kemampuan Dewi justru bertambah. la merasa menemukan jawaban atas kegelisahan ketika berkarier sebagai dokter gigi dulu.
Kini, Dewi memberanikan diri meramal secara terbuka dengan nama dagang Dewi Fortuna.
Di tempat praktiknya di sebuah mal di Kelapa Gading, Jakarta Utara, setiap saat ia memberi tahu peruntungan orang, menganalisis, dan memberi nasihat.
"Bisikan" itu sudah bisa dia kendalikan, dia munculkan ketika dikehendaki. Dewi bukan lagi gadis kecil yang asal menebak walau akhirnya jadi kenyataan. (Mayong S. Laksono)
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR