Slamet Riyadi malah sudah menggebu-gebu seperti tidak sabar dan akan segera membentuknya usai perang. Tapi sayang, Letkol Slamet Riyadi gugur di Ambon justru oleh tembakan sniper KST.
Akibatnya hanya tertinggal Kolonel Kawilarang yang memendam cita-cita, tak kalah menggebunya untuk segera membentuk satuan komando khusus.
Gagasan itu baru saja diwujudkan ketika Kawilarang diangkat menjadi Panglima TT III (sekarang Kodam II Siliwangi).
Tapi Kawilarang dilanda kebingungan, bagaimana dan seperti apa pasukan yang akan dibentuk, apalagi pengalaman dan pengetahuan yang dimilikinya sangat terbatas.
Baca juga: Dari Ka-Bar hingga Ari B Lilah, Yuk Berkenalan dengan Pisau-pisau Andalan Pasukan Khusus di Dunia
Sampai akhirnya muncul laporan dari Kepala Seksi I TT III, Mayor Inf Djuchro.
Ia melaporkan, seorang mantan pasukan khusus Belanda ditemukan menjadi petani dan beristrikan wanita Sunda di Lembang, Bandung.
Namanya Rokus Bernadus Visser, pangkat terakhirnya mayor. Warga mengenalnya dengan Mochamad Idjon Djanbi. Ia rupanya mengganti nama setelah menikah secara Islam.
Singkat cerita, Djanbi direkrut menjadi anggota TNI dan ditunjuk membidani lahirnya Kesatuan Komando TT III (Kesko).
Jabatan komandan juga langsung diserahkan kepada Mayor Djandi. Lokasinya di Depo Batalion, Bandung. Sebagai cikal bakal, ditunjuk satu kompi dari TT III.
Pasukan khusus ini diresmikan Kawilarang pada 16 April 1952. Awalnya pasukan ini masih di bawah Daerah Militer Siliwangi. Baru pada 1953, komandonya dialihkan ke Mabes Angkatan Darat.
Djanbi sendiri memilih warna merah sebagai baret pasukan baru ini. Sejak itu hingga hari ini, Kesko menjelma menjadi satuan elit TNI AD.
Source | : | dari berbagai sumber,wikipedia |
Penulis | : | Agustinus Winardi |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR