Intisari-Online.com Jelas ini di luar perkiraan Vee Jin Dumlao, salah satu pendaki asal Australia yang terjebak di Gunung Kinabalu saat gempa Sabah. Bersama lebih dari 100 pendaki lainnya, Dumlau harus tetap bertahan di puncak gunung selama 9 jam tanpa bantuan tim SAR setempat. Gempa berkekuatan 6 skala richter mengguncang Malaysia pada Jumat (5/6). Setidaknya ada 13 orang yang meninggal akibat gempa yang terjadi di seputaran Gunung Kinabalu, Malaysia bagian timur.
Awalnya Dumlao dan para pendaki tersebut memutuskan untuk turun dari gunung sendiri alih-alih menunggu Tim SAR. Lantaran cuaca yang sangat buruk rencana itu urung dilakukan. “Kami baru saja menyelesaikan pendakian ke puncak, dan kami berencana segera turun. Ketika tengah berfoto, kami mendengar suara ledakan keras dan merasa tanah bergetar,” kisah psikolog klinis itu kepada ABC.
Dumlao yang awalnya sempat tenang tiba-tiba panik ketika kelompok itu mendapat informasi bahwa gempa telah menghancurkan rute pulang mereka. “Ketika tim pemandu kembali setelah mengisi air botol minum, mereka mendapat kabar kalau telah terjadi longsor parah dan rute jalan pulang telah hancur dan upaya penyelamatan belum dapat dipastikan.”
Tidak heran jika Dumlao, juga para pendaki lain, tampak geram dengan Tim SAR yang mereka anggap bergerak sangat lambat.
Kegeraman yang dirasakan oleh Dumlao sepertinya tidak sejalan dengan pengakuan Menteri Pariwisata Sabah, Masidi Manjun. Ia mengatakan bahwa tim penyelamat berhasil mengevakuasi 137 pendaki, termasuk dua orang asal Australia. “Tim forensik dari Kepolisian Sabah telah tiba untuk membantu mereka,” kata Masidi dalam akun Twitter-nya.
Tapi pengakuan sang menteri dianggap lelucon oleh Dumlao. “Para pendaki harus menunggu bantuan selama sembilan jam di tengah cuaca buruk.” Tak hanya itu, kabut pekat juga dianggap sebagai penghalang utama mengapa upaya evakuasi tidak berjalan seperti yang diinginkan.
Esok harinya, cuaca di puncak kembali cerah. Meski demikian, para pendaki dan pemandu diberitahukan oleh pejabat setempat bahwa upaya evakuasi mereka baru bisa dilakukan besok pagi. “Tidak ada perlengkapan untuk menginap, dan itu adalah lokasi yang terbuka, tidak ada tempat untuk berteduh. Risiko semakin bertambah karena kawasan itu rawan longsong,” lanjutnya.
Kondisi itu membuat beberapa pendaki mengalami hipotermia. “Cuaca sangat dingin dan mulai turun hujan ditambah lagi kami belum makan sejak siang har. Karena itulah pemandu kami mengatakan tim SAR tidak akan datang, kita harus menyelamatkan diri sendiri untuk segera turun gunung saat itu juga,” katanya. (Kompas.com)
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR