Intisari-Online.com - Sudah sering terdengar di masyarakat, pada saat terjadi bulan purnama, terjadi pula peningkatan keluhan dari para penderita penyakit kronis. Contohnya orang dengan autoimun (odamun) atau para penyintas kanker.
Selama ini diduga penyebabnya adalah adanya gaya gravitasi dari bulan. Namun yang sering jadi pertanyaan, bagaimana benda langit yang jaraknya ribuan kilometer dari bumi itu bisa mempengaruhi tubuh manusia?
Persoalan ini menjadi diskusi hangat dalam Seminar Awan Autoimun dan Keterkaitannya dengan Lingkungan yang diselenggarakan di Jakarta, Minggu (6/5).
Seminar diadakan oleh Yayasan Sjogren’s Syndrom Indonesia, bekerja sama dengan Perhimpunan Cendekiawan Lingkungan (Perwaku), dan Yayasan Cawan Pondasi.
Dalam seminar terungkap, peningkatan keluhan pada saat bulan purnama antara lain dirasakan oleh odamun.
Pada saat bulan bersinar terang itulah, odamun mengalami berbagai keluhan seperti lemas, mual, demam, nyeri di beberapa bagian tubuh, tidak nafsu makan, tekanan darah turun, kebingungan, muncul gangguan jantung, dll.
Kondisi itu banyak diamati dr. Novi Arifiani, konsultan kedokteran fungsional yang banyak menangani odamun. Menurut Novi, suatu kenyataan pada saat bulan purnama, rumah-rumah sakit atau klinik kesehatan selalu lebih penuh dari biasanya.
“IGD sudah jadi kayak pasar malam,” tutur dr Novi menggambarkan situasinya.
Dr. Novi mengatakan, saat bulan purnama, terjadi perubahan gravitasi, di mana gravitasi bulan mempengaruhi gravitasi bumi. Kondisi ini lebih besar di wilayah ekuator, seperti di Indonesia.
Kondisi itu rupanya berpengaruh juga ke tubuh manusia akibat adanya pemuaian sel. Bagi tubuh yang sehat, pemuaian ini tentu tidak akan menimbulkan masalah.
Masalah justru muncul pada sel yang tidak sehat, karena jika terlalu cepat beregenerasi maka justru akan mudah pecah. Pecahannya itu yang masuk ke jalur sistem limfatik sehingga terjadi penumpukan.
“Pasien merasakan mual karena aktivitas empedu yang lebih efektif. Aatau rasa lelah karena memang tubuh sedang mendesain dirinya utk melakukan detoksifikasi,” tutur dr. Novi.
Kalau kita mempunyai lingkungan yang sehat, tambah dr. Novi, maka tenaga gravitasi justru akan ditangkap oleh alam yang sehat. Sebab, tumbuhan serta binatang, sebenarnya juga akan merasakan respon yang sama.
Penulis | : | Tjahjo Widyasmoro |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR