Harvard Computation Laboratory merupakan salah satu pusat pengembangan komputer digital pada tahun '40-an. Segala sesuatu yang berkenaan dengan komputer masa itu masih baru. Para ahli riset belum mempunyai spesialisasi. Keterbukaan antara laboratorium-laboratorium di AS dan Inggris mempercepat derap penemuan. Para ahli bersemangat mengumbar kretivitasnya. Selain itu komputer juga belum penting secara komersial.
Komputer yang pertama-tama besarnya bukan main. Mark I umpamanya, berukuran 17 m dan tingginya 2,6 m. Bunyinya ribut sekali kalau sedang bekerja, sampai suara kita tidak kedengaran kalau berbicara dekatnya.
Komputer masa itu bisa menyimpan data, program dan mempunyai CPU. Kerjanya cuma berhitung saja. Pionir pengembangan komputer, Dr. Aiken, dulu tertarik ke bidang komputer karena harus menghitung yang rumit-rumit waktu menyiapkan disertasinya tahun '30-an.
Mark I itu bersifat mekanis elektris dan bisa menghitung lebih cepat dari pada mesin hitung mekanik. Namun, betapapun cepatnya ia masih dibatasi oleh kemampuannya memperoleh data yang diperlukan dalam berhitung. Sumbangan saya pada sains komputer ialah menolong mendesain cara yang memungkinkan komputer memperoleh data dengan cepat. Bagian desain komputer yang berhubungan dengan hal itu dulu namanya storage, sekarang memori. Di masa kini kalau mengukur kemampuan komputer kita memakai ukuran: berapa banyak memori yang dimiliki dan berapa cepatnya memori itu bisa dicapai.
Ketemu Lorraine
Computation Laboratory terdiri atas Dr. Aiken dengan lima atau enam ahli riset, ditambah beberapa orang asisten. Setiap ahli riset mempunyai kebebasan besar. Selain saya, ada lulusan Chiao Tung lain di sana, Dr. Way Dong Woo.
Dr. Aiken bukan orang yang sabar menghadapi seseorang yang berbicara bertele-tele. la juga ditakuti. Saya kadang-kadang ikut menumpang kendaraannya pulang. Seingat saya ia tidak pernah marah kepada saya. Bukan apa-apa: saya tidak bisa banyak cakap. Sebab kemampuan berbahasa Inggris saya masih repot, saya selalu berusaha berbicara sesingkat mungkin.
Pada tahun 1948 saya bertemu dengan Lorraine Chiu, orang Shanghai juga. Sebenarnya orangtuanya lahir di Hawai (sebelum Hawai menjadi negara bagian AS), tetapi mereka kembali ke Shanghai pada masa revolusi Sun Yat-sen. Kami tidak pernah bertemu semasa di Shanghai, la lulusan St. John College di Shanghai, kemudian meneruskan belajar kesusastraan Inggris di Wellesley College seperti kakaknya.
Dalam pertemuan-pertemuan antara sesama mahasiswa Cina yang belajar di daerah Boston-lah saya bertemu Lorraine. Kami jadi sering berkencan dan setahun setelah pertemuan pertama kami menikah. Karena di Cina sedang terjadi perang saudara, kami tak bisa mengikuti tradisi untuk meminta persetujuan orangtua. Sesudah menikah kami tinggal di sebuah apertemen yang cukup menyenangkan di Massachusetts Avenue, Cambridge.
Saya mendengar tentang penemu-penemu lain yang mematenkan penemuannya. Saya pun berniat untuk mematenkan penemuan saya, walaupun tak seorang pun di Computation Laboratory pernah mematenkan penemuannya. Hal itu saya rundingkan dengan Lorraine. Sebetulnya ia lebih banyak tahu tentang Shakespeare daripada tentang Newton atau Einstein, tetapi Lorraine mendukung sepenuhnya niat saya.
Saya membicarakan kemungkinan itu dengan orang-orang dari administrasi Harvard. Menurut mereka, yang tidak boleh dipatenkan hanyalah penemuan-penemuan yang berkenaan dengan kesejahteraan masyarakat, supaya penemuan itu bisa dimanfaatkan masyarakat seluas-luasnya. Penemuan saya pada masa itu tidak memperlihatkan tanda-tanda ada hubungannya dengan kesehatan masyarakat (padahal kini ternyata pengelolaan kesehatan masyarakat tak mungkin dilakukan tanpa bantuan komputer), jadi mereka menyatakan boleh saja saya mematenkannya asal diurus sendiri. Cuma karena kerja saya dulu diongkosi AU maka AU berhak atas lisensi nonekslusif dari paten itu.
Di lab saya termasuk pendiam. Maka itu teman-teman saya heran, ketika saya menyatakan ingin mematenkan penemuan saya. Mereka menganggap ini tindakan yang berani. Menurut pendapat mereka, Dr. Aiken pasti tidak setuju, sebab semua penemuannya dianggap milik masyarakat. Mereka juga menganggap saya gila karena ingin mematenkan penemuan dalam memory cores. Buat apa?
Ternyata Dr. Aiken sama sekali tidak keberatan. Harvard mengusulkan agar dalam mengurus hak paten itu saya meminta pertolongan kepada langganan mereka, yaitu Pengacara Edgar H. Kent dari Kantor Pengacara Fish, Richardson & Neave di Boston. Bulan September 1949 Kent memperkenalkan kepada saya seorang pengacara muda yang baru lulus, Marty Kirkpatrick. Seperti semua pengacara paten, Marty lulusan sekolah tinggi sains sebelum melanjutkan belajar hukum. Walaupun masa itu komputer tidak banyak dikenal orang, Marty lekas bisa menangkap konsep yang saya kemukakan. Dalam waktu sebulan kami sudah siap meminta paten untuk 'alat-alat pengontrol transfer pulsa'.
Penulis | : | Agus Surono |
Editor | : | Agus Surono |
KOMENTAR