Dea Angkasa Putri Supardi, Pendiri Harian Umum Fajar Cirebon

Birgitta Ajeng

Editor

Dea Angkasa Putri Supardi, Pendiri Harian Umum Fajar Cirebon
Dea Angkasa Putri Supardi, Pendiri Harian Umum Fajar Cirebon

Intisari-Online.com - Di tengah maraknya penerbitan dan menjamurnya media online yang menyebabkan bisnis media massa cetak lesu, Dea Angkasa Putri Supardi justru mendirikan Harian Umum Fajar Cirebon. Dia tetap yakin ada prospek bisnis di surat kabar lokal, karena surat kabar lokal memuat berita tentang daerah secara mendalam. Cita-citanya ingin menasional lewat koran daerah.

Pembawaan diri perempuan berperawakan kecil ini sangat luwes. Itu sebabnya, dia mampu bergaul tidak hanya dengan teman sebayanya, tetapi juga dengan orang-orang yang sudah lama berkecimpung di dunia media cetak. Katanya, gara-gara interaksi itu, Dea jadi sangat tertarik dengan dunia jurnalistik. Ujung-ujungnya, dia malah mencium peluang bisnis di koran lokal, terutama di daerah tempat tinggalnya di Cirebon, Jawa Barat.

Di samping itu, perempuan lulusan sarjana Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Padjadjaran (Unpad), Bandung, ini juga banyak belajar tentang pemerintahan negara saat kuliah. Dia juga rutin membaca koran dan majalah untuk menyelesaikan tugas-tugas kuliah. Hal itulah yang menjadi salah satu modal intelektual dalam mendirikan bisnis media.

Ketika koran lokal itu dirintis pada 2 Mei 2012, usia Dea masih terbilang belia, 24 tahun. Tak banyak bekal yang dikantonginya saat merintis bisnis media cetak. Di kantong, hanya ada bekal dari keluarga sekitar Rp200 juta. Ditambah lagi sedikit pengetahuan dan cerita tentang pengalaman bisnis di media cetak, dan sistem dalam menjalankan bisnis media cetak dari rekannya.

Dalam penuturan Dea, ibaratnya, ketika itu dia hanya dibekali senjata untuk menghadapi binatang dan beberapa rintangan lainnya sebelum masuk hutan. Celakanya, dia tidak diberitahu bagaimana menggunakan senjata itu. Juga tanpa didampingi siapa pun. “Makanya pada awal berdiri rasanya seperti didorong dari atas tebing kemudian jatuh ke laut, hanya dibekali pelampung dan makanan,” kata Dea.

Cerita lebih lengkap tentang Dea Angkasa Putri Supardi bisa dibaca di Majalah Intisari Edisi November 2014.