Romo Mangun tidak hanya memberi bingkai sejarah dalam setiap tulisannya. Persoalan kultur dan dikotomi Barat - Timur pun dibahasnya dengan tajam. Demikian pula ilmu pengetahuan, teknologi, industri, dan bisnis yang disingkatnya ITIB, seperti termuat dalam kumpulan karangannya yang diterbitkan Kanisius dengan judul Pasca-Indonesia Pasca-Einstein (1999). Salah satu kekhasan, misalnya, ia menggunakan kata “Ordo” alih-alih istilah “Orde Lama - Orde Baru”.
Kalimatnya panjang-panjang, menggabungkan dua-tiga kata yang terkadang sulit dipahami. Namun soal ini Romo Mangun berkata, “Tulisan saya menggambarkan realitas. Realitas itu kompleks, tidak sederhana, tidak satu dimensi, canggih, rumit, dan banyak segi. Kalimat mestinya begitu juga.”
Mengenai novelnya, ia juga punya argumen yang sama, “Kalau Anda membaca karya sastra saya yang kompleks, memang Anda harus punya waktu, punya energi, punya niat untuk membaca karya sastra. Kalau tidak, ya, jangan membaca buku. saya. Kalau bodoh, ya sori, itu bukan untuk Anda. Jangan menyalahkan kalimat yang kompleks.” (Forum Keadilan, 4 Agustus 1994).
Artikel ini pernah dimuat di Intisari edisi Maret 2000 dengan judul "Romo Mangun: Merakyat untuk Dekat kepada Rakyat".
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR