Christina meminta jenazah ibunya diautopsi. Ternyata Tina tewas akibat paru-paru berair yang diperparah oleh ketergantungannya akan obat bius, bukan dibunuh Niarchos.
Kematian ibunya tambah merisaukan Christina. la jadi sering ribut mulut dengan ayahnya.Saat itu Onassis masih berenang 1,5 km setiap hari, tetapi orang tahu ia tidak sehat. La juga menghadapi kesulitan dengan perusahaan penerbangannya dan pemerintah Yunani.
Di AS, untuk menunjukkan kepada umum bahwa ia kekurangan uang, Jackie melelang sebagian perabot rumah tangganya. Tahu-tahu ia ditelepon, suaminya pingsan di Athena. Ia datang membawa ahli jantung, Dr. Isidore Rosenfeld.
Suami sakit, istri jalan-jalan
Dari pemeriksaan diketahui Ari menderita radang paru-paru dan batu empedu. Adik-adik perempuannya ingin Ari dirawat di vilanya, tetapi Dr. Caroli, seorang ahli hati dari Prancis, ingin Ari dibedah supaya kandung empedunya yang meradang bisa dibuang. Dr. Rosenfeld bilang, kondisi pasien lemah. Lebih baik dirawat dulu di rumah sakit di New York, tetapi Jackie bersikeras agar suaminya dirawat di Paris.
"Asal tahu saja, saya bakal mati di sana," kata Ari kepada orang kepercayaannya di kantor. la minta bawahannya itu berjanji untuk berjuang melawan Niarchos demi Christina.
Jackie, Artemis, Christina, Dr. Caroli, dan Ari menumpang Lear jet ke Paris. "Saya merasa sangat dekat kepada Alexander sekarang," kata Ari kepada dokternya. "Anda tahu saya tak bakal keluar dalam keadaan hidup dari rumah sakit.
"Ari masuk ke American Hospital di Neuilly lewat pintu kamar mayat. Kandung empedunya diangkat, tetapi Dr. Rosenfeld benar. Pasien tak meninggal tetapi harus tergantung pada mesin. Kulitnya menjadi kuning dan keadaannya mundur.
Christina dan Artemis berjaga bergantian di sebelahnya. Kalau Onassis melek, salah seorang di antaranya ada di sisinya.
Jackie sudah biasa menangani tragedi. Lama-kelamaan ia cuma datang sehari sekali. Ia sempat makan bersama seorang teman di restoran dan mengunjungi museum, menonton bioskop, berbelanja, menata rambutnya, dan dipotret sambil tersenyum dengan presiden Air France.
Di Avenue Foch Jackie tinggal berdua dengan Christina. Segera ia memindah-mindahkan perabot supaya lebih sedap dipandang. Christina sebal. Ia pindah ke Plaza Athenee di seberang.
Christina memanggil Peter Goulandris, yang dulu dijodohkan ayahnya dengannya. Sambil berpegangan tangan ia mengumumkan mereka akan menikah. Ia ingin memberi hadiah terakhir pada ayahnya.
Walaupun memerlukan cuci darah segala, keadaan Ari menjadi stabil. Dokter bilang, ia bisa bertahan demikian berbulan-bulan. Jackie pun pulang ke New York.
Saat itulah Maria Callas diterima masuk ruangan untuk mengucapkan selamat tinggal. Jackie ternyata tidak pulang-pulang dari New York. Pada akhir minggu berikutnya ia ditelepon, keadaan suaminya tiba-tiba memburuk.
Aristotle Socrates Onassis meninggal 15 Maret 1975 dengan didampingi putrinya. Istrinya seperti biasa berada di tempat lain.
Setelah upacara pemakaman di P. Skorpios, dari Athena Jackie terbang ke Paris untuk pergi ke penata rambutnya. Kemudian ia kelihatan menonton adu banteng.
Jackie "dibeli" AS $ 26 juta
Di perusahaan Onassis mulai terjadi perang saudara di antara para pembantu dekatnya. Selain itu ada kemungkinan Jackie juga ingin menuntut bagian lebih banyak dari perjanjian pernikahan dari yang ingin diberikan oleh Onassis. Mulailah para pengacara Christina sibuk, mengurusi harta peninggalan Tina Niarchos maupun Aristotle Onassis untuk klien mereka.
Hubungan Christina dengan Peter Goulandris juga rapuh. Mereka tak jadi menikah. Bibinya, Artemis, buru-buru menyodorkan putra raja kapal lain, Alexander Andriadis, yang sebetulnya tak becus apa-apa dan juga punya pacar. Ia menikah dengan Christina karena ayahnya sedang perlu uang. Jackie hadir untuk memberi kesan tak ada apa-apa antara ia dan anak tirinya.
Urusan dengan pengacara berjalan terus seperti juga rebutan kekuasaan di perusahaan Onassis. Akhirnya, tahun 1976 Christina bisa "membeli" Jackie dengan AS $ 26 juta dan ia memerintahkan nama Kennedy tak lagi disebut di depannya.
Alexander Andriadis tak betah lama menjadi suaminya. Apalagi Christina tidak mau memberi uang yang sedang dibutuhkan sang mertua. Perceraian diresmikan tahun 1977.
Anehnya, setelah bercerai Christina masih sering datang kepada mantan suaminya. Soalnya, ia cuma kenal sedikit saja orang yang bisa dipercaya.
Christina mencurahkan perhatian pada bisnis kapalnya dan menunjukkan kemampuan yang tak memalukan sebagai putri Onassis. Ia sudah membeli pabrik pengilangan minyak di AS dan menjadi presdir Olympic Maritime.
Ia bahkan bisa melakukan pendekatan pada pihak Rusia untuk merayu Rusia agar mau mencarter kapal tangki mereka.
Pria bergigi emas
Dalam bisnis, Christina bertemu beberapa kali dengan salah seorang wakil Sovfracht (perusahaan kapal carter Rusia) yang bertugas di Paris, Sergei Danielovitch Kauzov.
Kauzov yang berumur 35 tahun itu punya istri dan seorang putri. Ia 5 cm lebih pendek daripada Christina dan rambutnya yang pirang itu sudah menipis. Giginya dilapisi emas dan sebelah matanya palsu. Mata palsu itu kadang-kadang ia copot di muka umum. Walaupun tidak tampan, ia menarik dan pandai bergaul.
Christina jatuh cinta dan kalau ia jatuh cinta tidak bisa menyembunyikannya. Koran Inggris Daily Express yang paling senang gosip itu menyebutkan Kauzov sebagai kolonel dan anggota KGB yang bertugas sebagai mata-mata.
Walaupun gajinya cuma AS $ 235 seminggu, kelihatannya ia selalu punya uang untuk makan-makan dan memberi tip dengan royal.
Christina yang sedang jatuh cinta ternyata menjadi langsing. Rambutnya digunting pendek. Ia dan Kauzov sering tampak bergandengan bahkan juga di Brasil. Mana mungkin Kauzov bisa ke sana tanpa izin "dari atas"?
Para pimpinan Olympic jadi seperti cacing kena abu, karena bos mereka terpikat orang Rusia. (Konon kata Christina, Kauzov tak terkesan oleh hartanya!) Bagaimana kalau informasi perusahaan mereka bocor? Bagaimana kalau Sovfracht mencaplok kapal-kapalnya?
Tanggal 15 Desember 1976, Kauzov meninggalkan Paris lalu lenyap. Christina kebingungan. Istri dan anak Kauzov pun menyusul ke Moskwa, lalu tak kembali.
Penulis | : | Agus Surono |
Editor | : | Agus Surono |
KOMENTAR