"Awalnya saya dicemooh banyak orang. Katanya, masa bakso kok ditusuk, dicocol sambal," kenang dia.
Namun, cemooh yang ia dapatkan selalu ia balas dengan senyuman. "Saya bilang sama dia, kalau mau nyicip bakso tusuk saya boleh, nggak usah bayar nggak papa," tuturnya waktu itu kepada orang-orang yang mecemooh.
Strategi ini ternyata membuahkan hasil. Usai mencoba bakso tusuk miliknya, orang-orang yang sempat mecemooh semakin ketagihan untuk membeli.
"Mereka pada bilang, bakso tusuk kok enak yaa, akhirnya pada beli," terang Sainah.
Hasil dari kerja keras dan kegigihan yang dilakukan, bakso tusuk Sainah kini laku pesat. Bahkan ia sudah membuka cabang di beberapa tempat.
"Cabangnya ada di kampus institut Seni Indonesia (Isi), di Ganjuran, di Sewon, di Mrican SMK 2 Depok, dan depan kampus UII Kaliurang," terang dia.
Untuk menjalankan usahanya, Sainah dibantu oleh 24 karyawan untuk membantu proses pembuatan dan penjualan bakso tusuk.
Tingginya permintaan pasar, setiap hari Sainah mengaku mampu menghabiskan tepung sebanyak 80 kilogram, daging ayam 80 kilogram, dan daging sapi 12 kilogram.
"Omsetnya kalau hari biasa senin-kamis Rp 7 sampai Rp 8 juta. Kalau hari jumat sabtu dan minggu bisa Rp 10 Juta setiap harinya," ungkap Sainah, lalu tersenyum ramah. (Ahmad Syarifudin/Tribun Jogja)
BACA JUGA: Remaja Ini Baru Sadar Kekasihnya Juga Wanita Setelah Berbulan-bulan Tinggal Bersama
Penulis | : | intisari-online |
Editor | : | Yoyok Prima Maulana |
KOMENTAR