Vaughan menyelipkan 1 paragraf ramalan karya biarawan Polandia (1790) yang disadur ke dalam bahasa Jerman pada 1848.
Yang jelas sekali menunjuk tahun-tahun munculnya berbagai peristiwa besar: Perang Dunia II pada 1938, perdamaian dunia seusai "Perang Teluk" pada 1986 (tapi disebut Nostradamus hanyalah sebagai pemantik api PD III), komet indah yang akan muncul pada 1988 (meski keliru, karena Halley muncul pada 1986), serta gempa bumi universal yang memorakporandakan sebagian Italia, Portugal, dan Spanyol tahun 1996.
Atau pula karya-karya ilmiah-kontemplatif semisal Brave New World oleh Aldous Huxley (1932), maupun The Shape of Things to Come karya HG Wells (1933) yang lebih ngepop, dan versi filmnya pernah dibikin Alexander Korda pada tahun 1936.
Beberapa - bahkan semuanya - bisa saling dihubungkan. Sama halnya -peristiwa-peristiwa lain yang pernah terjadi. Hanya masalahnya, betapa sulit menafsirkan sebuah ramalan : apa pun bentuknya - yang menunjuk ke- peristiwa masa depan
Terus terang, secanggih-canggihnya kita menafsirkan, tak akan benar selagi buktinya belum ada.
Jadi, benarkah Saddam Hussein adalah Sang Mabus, dan haruskah kita tunggu sampai bukti itu ada? Einstein tak perlu harus menunggu bom atom meledak untuk membuktikan teorinya. Sayang, kemajuan teknologi tak bisa mengikuti imajinasi dalam film-film TV.
Tak ada mesin waktu yang menggelindingkan manusia sekarang ke masa nanti. Apa boleh buat, tunggu saja sampai terjadi sendiri.
Tentu sambil berharap, semoga perang teluk berakhir sampai di sini, tak usahlah merembet ke seluruh muka bumi. Sekurang-kurangnya prakiraan para peramal tak jadi terbukti. (Mayong S. Laksono)
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Yoyok Prima Maulana |
KOMENTAR