Intisari-online.com - Keinginan Korea Utara untuk membekukan program nuklir dan peluncuran rudal balistiknya serta sikap Kim Jong Un yang semangat sekali untuk melakukan perundingan damai dengan Korsel dan AS benar-benar merupakan kejutan besar bagi dunia internasional di tahun 2018.
Sepak terjang Kim Jong Un yang berubah menjadi ‘pembawa damai’ padahal sebelumnya (2017) merupakan sosok yang ingin sekali mengobarkan perang nuklir itu, menunjukkan betapa Kim Jong Un sebenarnya merupakan pemimpin muda yang sangat lihai mencitrakan diri di tingkat dunia internasional.
Kim Jong Un yang selalu mengancam AS dengan rudal nuklir, seharusnya sudah digempur oleh militer AS karena sebagai negara berkarakter koboi yang gampang mencabut senjata dan juga polisi dunia, AS sebenarnya bisa dengan mudah menggilas Korut.
Tapi karena secara geografis dan juga geopolitik, Korut berbatasan langsung dengan Rusia dan China, AS tampaknya tidak berani menyerang Korut seperti ketika AS menggempur Suriah.
Pasalnya Rusia dan China yang secara historis pernah membantu Korut dalam Perang Korea (1950-1953) tampaknya tetap akan turun tangan mengingat Rusia serta China sebenarnya merupakan rival AS.
Jadi jika serangan militer AS di Suriah bisa dilokalisir karena lokasinya jauh dari Rusia dan China, sebaliknya serangan militer AS ke Korut sulit sekali dilokalisir terkait dekatnya lokasi Korut baik dengan Rusia, China, maupun Korsel.
Posisi Korut yang secara geografis ‘dlindungi Rusia dan China’ itu sebenarnya membuat Kim Jong Un sendiri selalu berada di atas angin.
Oleh karena itu dengan posisi lebih unggul itu, menjadi masuk akal jika Kim Jong Un makin berani sesumbar terhadap AS, Korsel, dan Jepang yang selalu berada dalam posisi ‘sebagai korban’’.
BACA JUGA: S-200, Alat Pertahanan Jadul Suriah yang Sukses Merontokkan Rudal Mahal Tomahawk
Khususnya ketika Kim Jong Un mulai kumat untuk melakukan uji coba peluncuran rudal balistik yang selalu melintasi wilayah udara Jepang dan uji ledakan bom nuklir yang getarannya bisa dirasakan langsung oleh Korsel.
Kim Jong Un tampaknya sengaja ‘meneror’ AS, Korsel, dan Jepang menggunakan ancaman serangan rudal nuklir hingga pada posisi nyaris diluncurkan mengingat perannya tinggal memencet tombol saja.
Tapi serangan nuklir ternyata tidak segera dilakukan dan malah berubah dratis karena Kim Jong Un justru ingin membekukan program nuklir dan rudal balistiknya serta niat berdamai.
Source | : | Daily Mail,cnn.com,south china morning post |
Penulis | : | Agustinus Winardi |
Editor | : | Yoyok Prima Maulana |
KOMENTAR