Intisari-Online.com – Piramid selalu berasosiasi dengan Mesir. Rahasia yang rapat tersimpan di balik sosok megah Piramid Agung di Giza terus saja mengundang sejuta tanya. Untuk apa dan bagaimana bangunan raksasa itu dibangun.
Lalu berbagai keajaiban pun bertaburan di dalamnya. Bahkan melalui perhitungan matematis yang rumit, dunia diramalkan kiamat tahun 2979!
Piramid Agung di Giza yang selesai dibangun ± 2750 SM ini dimaksudkan sebagai monumen peringatan terhadap Raja Khufu, lebih terkenal dengan nama Yunaninya Cheops - salah seorang penguasa paling hebat dari Mesir kuno.
Di antara 40 piramid yang berjajar di tepi Sungai Nil, tak ada yang sehebat Piramid Agung. Tingginya yang ± 140 m membuatnya lebih tinggi daripada bangunan 40 lantai, sedangkan luasnya melampaui 5 lapangan sepakbola.
Tak mengherankan bila ia mendapat kehormatan masuk sebagai salah satu 7 keajaiban dunia kuno, bahkan satu-satunya yang masih berdiri.
Ribuan tahun misterinya terus mengundang rasa penasaran masyarakat. Banyak fakta mengagumkan diungkap. Misalnya saja, piramid yang dibangun selama 20 tahun ini, menurut sejarawan Yunani Herodotus, yang pernah mengunjungi Mesir pada tahun 5 SM, orang tenaga kerja per tahun.
Mereka harus membawa batu dari tepian Sungai Nil, memotong, dan menyusunnya dengan rapi. Bongkahan itu menempel dengan baik satu sama lain, sampai-sampai sangat sulit untuk menyisipkan pisau tipis di sela-selanya.
Dasamya berbentuk bujur sangkar sempurna dengan keempat sisi tepat menghadap empat penjuru utama mata angin. Sementara bidang miringnya membentuk sudut 51° dengan permukaan tanah.
Bahan bakunya adalah 2,3 juta bongkahan batu kapur empat persegi panjang yang masing-masing beratnya 2 - 15 ton. Dengan alat perunggu yang begitu kuatnya yang hingga kini belum terungkap, mereka memotong batu granit raksasa dengan presisi yang tinggi.
Konon batu-batu ini dapat digunakan untuk membangun tembok setebal 0,9 m dengan tinggi 2,7 m mengelilingi Prancis yang luasnya kira-kira sama dengan luas P. Sumatra digabung dengan P. Jawa!
Piramid Agung berdiri megah di kawasan plateau berbatu-batu 10 mil sebelah timur Kairo. Ketika akan membangun pondasi, mula-mula dibangun dinding dari lumpur di sekeliling dataran tinggi, yang kemudian dibanjiri dengan air.
Setelah airnya meresap, tampaklah tonjolan-tonjolan di permukaan yang lalu dipotong sampai didapatkan dataran yang rata, bahkan lebih rata daripada permukaan pondasi gedung pencakar langit abad XX.
Source | : | intisari |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR