Intisari-Online.com - Akhir tahun 1929, Gustav Deissmann, seorang teolog Jerman, bekerja di Perpustakaan Istana Topkapi Istanbul.
Ketika dia membuat katalog barang-barang antik, dia menemukan perkamen kulit rusa di tumpukan barang-barang yang dibuang.
Pada perkamen tersebut terdapat peta bumi yang digambar di atasnya, dan Deissmann takjub melihat bahwa itu tampak menunjukkan garis besar Amerika Selatan.
Dia menyelamatkan perkamen itu, yang sekarang dikenal sebagai peta 'Piri Reis'.
Baca Juga: Kisah Seorang Petani dan Tiga Anaknya yang Pemalas
Peta yang dia pelajari telah ditandatangani pada tahun 1513 oleh kartografer Turki Hagii Ahmed Muhiddin Piri, juga dikenal sebagai Piri Reis.
Selain menjadi seorang kartografer, Piri Reis melayani angkatan laut Turki, yang pangkatnya sebagai laksamana.
Dia menyatakan bahwa dia telah menggunakan 20 peta dan bagan yang berbeda sebagai sumbernya dokumennya.
Delapan diantaranya adalah peta Ptolemeus (peta dunia yang dikenal oleh masyarakat Hellenistik atau Yunani abad ke-2), empat peta Portugis, satu peta Arab, dan satu peta yang digambar oleh Christoper Columbus.
Baca Juga: Tak Kalah Dari Eropa, Inilah Nagari Pariangan, Desa Terindah di Dunia yang Terletak di Indonesia!
Potongan peta sederhana dari kulit rusa yang diawetkan ini telah menjadi dasar kontroversi yang intens di dunia kartografi.
Untuk satu hal, peta itu tampaknya menunjukkan benua Antartika hampir 300 tahun lalu sebelum ditemukan.
Lebih mengejutkanya, Antartika digambar sebagai daratan sebelum ditutupi es pada permukaannya lebih dari 6.000 tahun yang lalu.
Source | : | thevintagenews.com |
Penulis | : | Adrie Saputra |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR