Peneliti memberikan sifilis kepada hampir 400 penduduk Afrika-Amerika yang miskin dan tidak berpendidikan dan memetakan perkembangan penyakit ini tanpa menawarkan pengobatan.
Para peneliti ingin mengetahui, apakah penyakit menular ini memiliki efek yang berbeda antara orang kulit hitam dan kulit putih.
Mereka yang terinfeksi, secara tragis, tidak pernah diberitahu bahwa mereka memiliki penyakit ini.
Baca juga:Berkicau Soal Donald Trump Mengidap Sifilis, Profesor Bakteriologi Jadi Sorotan Netizen di Twitter
Para ilmuwan hanya mengatakan, mereka memiliki “darah buruk” dan memberikan obat-obat palsu kepada mereka—aspirin, suplemen mineral, atau hanya plasebo. Hal ini terus berlanjut sampai penisilin menjadi obat standar bagi sifilis pada 1947.
Dari 400 subjek, hanya 74 orang yang masih tersisa saat ini. Lebih dari itu, mereka yang masih hidup itu telah menulari 40 istri dan 19 anak-anak.
Pada 1997, Presiden AS Bill Clinton akhirnya mengakui: “Atas nama rakyat Amerika, apa yang dilakukan Pemerintah Amerika Serikat itu memalukan.”
4. Minuman beracun selama masa Larangan
Di awal abad 20, selama masa-masa Larangan, Pemerintah Amerika Serikat secara diam-diam meracuni minuman beralkohol—dan berhasil membunuh ribuan orang.
AS melakukan larangan total pada semua penjualan dan produksi minuman beralkohol antara 1920-1933—yang mau tidak mau, menyebabkan tumbuhnya bar-bar gelap.
Alih-alih menekan, undang-undang Larangan justru semakin menambah jumlah peminum di Amerika Serikat—dan ini membuat mereka frustrasi.
Jadi, untuk menakut-nakuti supaya orang berhenti minum, Pemerintah mencampur racun pada minuman-minuman ini (tentu ketika minuman masih di pabrik).
Source | : | Metro.co.uk |
Penulis | : | Moh. Habib Asyhad |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR