Intisari-Online.com - Bertahun-tahun, pelajar di dua desa di Kabupaten Maros bertaruh nyawa menyeberangi sungai besar untuk menuntut ilmu di sekolahnya.
Hal tersebut dikarenakan pemerataan pembangunan di Sulawesi Selatan (Sulsel) tidak merata.
Direktur Komite Pemantau Legislatif (Kopel) Sulsel, Musaddaq mengatakan, prinsip keadilan dan pemerataan pembangunan tidak terjadi di 24 kabupaten/kota di Sulsel.
Padahal pada 2012, Pemprov Sulsel meminjam Rp500 miliar untuk pembangunan infrastruktur di Sulsel.
(Baca juga: Seorang Wanita Bersedih Setelah Kekasihnya Meninggal secara Tragis Hanya 18 Hari Setelah Kelahiran Putri Mereka)
(Baca juga: Kisah Sedih Namun Juga 'Konyol' dari Para Wanita yang Pasangannya 'Kecanduan' Mobile Legends!)
"Jika pembangunan merata, tidak ada lagi kejadian seperti di Kabupaten Maros. Pelajar di dua desa di Kecamatan Tompobulu, Kabupaten Maros tidak lagi menyeberangi sungai besar yang dalam menggunakan ban mobil dan berenang untuk ke sekolahnya," katanya.
Musaddaq menjelaskan, dana pinjaman ratusan miliar dari Pusat Investasi Pemerintah (PIP) banyak digelontorkan ke proyek reklamasi Pantai Losari yang dikenal denggan Center Point of Indonesia (CPI).
Padahal setelah dana digelontorkan, Pemprov Sulsel mengalihkan proyek tersebut ke investor.
"Pembangunan CPI saya kira tidak mencerminkan pemerataan, karena hanya bertumpu di Kota Makassar saja.”
“Sementara masih banyak daerah lain yang infrastrukturnya memprihatinkan. Sedangkan skema pinjaman ratusan miliar ke PIP mas, tidak termasuk pembangunan jembatan di CPI," bebernya.
Sebelumnya diberitakan, bertahun-tahun pelajar di dua desa di Kabupaten Maros bertaruh nyawa menyeberangi sungai besar untuk menuntut ilmu di sekolahnya.
Tak tanggung-tanggung, sungai yang diseberanginya berarus sangat deras dan dalam.
Penulis | : | Mentari DP |
Editor | : | Mentari DP |
KOMENTAR