Intisari-Online.com - Demi mendukung ambisi Adolf Hitler untuk menjadi orang paling berkuasa di Jerman, pasukan SS yang semula merupakan pengawal pribadi Sang Fuhrer makin dimiliterkan.
Istilah-istilah yang semula berlaku di lingkungan SS seperti Schar, Sturm, Sturmbann dan sebagainya, diubahnya dengan istilah seperti pada tentara reguler yang kini dinamakan Wehrmacht (AD Jerman), misalnya Zug (peleton), Kompanie (Kompi), Bataillon (Batalion) dan seterusnya.
Dengan demikian ambisi meningkatkan SS sebagai pasukan tempur pun semakin terbuka.
Pasukan inilah yang dinamakan SS bersenjata atau Waffen-SS, setelah sebelumnya dikenal dengan sebutan SS Verfugungstruppe (SS-VT).
Semua anggota Waffen SS harus memulai kariernya dari dasar dan digembleng sebagai prajurit biasa yang tangguh. Secara fisik latihan buat mereka sangat berat.
(Baca juga: Pasukan SS Nazi yang Dikenal sebagai Para Jago Tempur nan Brutal Ternyata Dibentuk Hitler Bersama Sopir Pribadinya)
Sebagai persyaratan dasar, setiap rekrutan baru harus mampu berjalan sejauh tiga kilometer dalam 20 menit dengan berseragam lapangan, bertopi baja, membawa senjata serta perlengkapan lainnya yang berat.
Tetapi pada umumnya para calon anggota SS pernah mencicipi latihan dasar kemiliteran sewaktu mereka bergabung dengan Pemuda Hitler atau Hitler Jugend.
Untuk menempa mereka benar-benar menjadi militer sepenuhnya, bahkan melebihi tentara reguler Wehrmacht, maka dari mula latihannya dibuat realistis, selalu memakai peluru tajam.
Bukan hanya senjata ringan, juga artileri. Tekanan juga diberikan untuk kemampuan bertempur jarak dekat, satu lawan satu, menggunakan pisau, pistol, pistol mesin, dan bertempur di parit pertahanan.
Sebagai akibatnya, terkadang dalam latihan jatuh korban.
Sehingga pihak Wehrmacht yang dalam teori memayungi semua unsur bersenjata, keberatan dan protes.
Tetapi Himmler dan pemimpin SS lainnya tak peduli. Ia hanya manyatakan ikut prihatin dan menyesalkan jatuhnya korban.
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR