Intisari-Online.com - Telur-telur yang dihasilkan oleh sekelompok ayam-ayam yang 'dimanjakan' di Inggris mengandung 'kekuatan super', sesuatu yang istimewa dalam putihnya.
Keistimewaan itu didapat setelah para peneliti dari University of Edinburgh menyambungkan gen manusia ke dalam DNA ayam.
Ayam-ayam itu kemudian mulai bertelur dengan membanggakan sejumlah besar dua protein yang digunakan untuk mengobati penyakit termasuk kanker pada manusia.
Proses itu juga diklaim jauh lebih murah.
Baca Juga : BPJS Kesehatan Punya Peraturan Baru, Cermati Hal Ini Agar Status Pasien 'BPJS' Anda Tidak Gugur!
"Produksi dari ayam bisa berharga 10 hingga 100 kali lebih murah dari pabrik," kata seorang peneliti, Lissa Herron, sebagaimana dilansir di laman Science Alert, Selasa (29/1).
"Jadi mudah-mudahan ini akan 10 kali lebih rendah biaya produksi secara keseluruhan."
Tubuh manusia secara alami menghasilkan protein (IFNalpha2a dan macrophage-CSF) yang ditemukan dalam telur ayam baru.
Kedua protein itu masing-masing memainkan peran penting dalam sistem kekebalan tubuh.
Obat-obatan yang mengandung kedua protein banyak digunakan oleh dokter untuk mengobati kanker dan penyakit lainnya.
Baca Juga : Ini 4 Penyakit Menular Seksual Super Baru yang Dikhawatirkan para Ahli
Namun untuk memproduksi protein tersebut di laboratorium sungguh sulit dan mahal.
Untuk penelitian mereka, yang diterbitkan dalam jurnal BMC Biotechnology, para peneliti Edinburgh melakukan terobosan baru.
Mereka memasukkan gen yang menghasilkan protein pada manusia ke bagian DNA ayam yang menangani produksi putih di telurnya.
Ketika mereka menguji telur ayam, mereka menemukan bahwa hanya tiga telur yang mengandung protein tersebut.
Ayam yang dimodifikasi secara genetik, yang hidup "dimanjakan" hidup dalam kandang besar, juga tidak lebih bijak, menurut Herron.
Ayam itu tetap bertingkah normal sebagaimana ayam pada umumnya dan yang diketahuinya hanya bertelur secara normal.
Baca Juga : Gemuk Itu Seperti Penyakit Menular: Anda akan Gemuk Jika Dikelilingi Orang Gemuk
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Mentari DP |
KOMENTAR