Di sini, Marcus bertemu dengan para penyintas kekejaman Nazi dan melihat tumpukan mayat Yahudi yang tak terhitung jumlahnya di kamp-kamp kematian Eropa.
Marcus kemudian diangkat sebagai kepala Divisi Kejahatan Perang dengan tanggung jawab untuk merencanakan prosedur yang digunakan di pengadilan Nuremberg.
Melalui pengalaman-pengalaman ini, Marcus memahami kedalaman anti-Semitisme Eropa.
Padahal sebelumnya tidak pernah menjadi Zionis.
Baca Juga : Begini Jatuh Bangun Sejarah Israel dan Yahudi di Masa Permulaan
Marcus kemudian menjadi yakin bahwa satu-satunya harapan bagi orang Yahudi Eropa terletak di tanah air Yahudi di Palestina.
Pada tahun 1947, Marcus kembali ke kehidupan sipil. Beberapa bulan kemudian, Perserikatan Bangsa-Bangsa mengesahkan pemisahan Palestina dan pembentukan negara Yahudi.
Dalam beberapa hari, David Ben Gurion meminta Marcus untuk merekrut seorang perwira Amerika untuk melayani sebagai penasihat militer bagi Israel.
Gagal dalam usahanya merekrut salah seorang temannya, Marcus memutuskan untuk menjadi sukarelawan sendiri.
Baca Juga : Benarkah Imigran Bermata Biru Mengubah Israel Kuno 6500 Tahun Lalu?
Departemen Perang AS dengan enggan menyetujui, dengan syarat bahwa Marcus tidak menggunakan nama dan pangkatnya sendiri dan menyamarkan catatan militer Amerika-nya.
Pada Januari 1948, satu "Michael Stone" tiba di Tel Aviv untuk mengambil alih komando pasukan Israel dan menghadapi situasi yang tampaknya mustahil.
Militer tidak memiliki kekuatan udara, beberapa tank dan benda artileri kuno, dan hampir tidak memiliki senjata atau amunisi.
Tanpa gentar, Marcus merancang struktur komando untuk pasukan baru Israel dan menulis manual pelatihan, mengadaptasi pengalamannya dari sekolah Ranger dengan kebutuhan khusus pasukan Haganah (organisasi paramiliter Yahudi).
Baca Juga : Gaya Hidup Masyarakat Israel Kuno, Termasuk Pakai Jimat Penarik Hati
Source | : | myjewishlearning.com |
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Tatik Ariyani |
KOMENTAR