"Apa kamu siap menghadapi konsekuensinya? Berani berjanji pada Bapak dan Ibu, bila menikah nanti, tidak pulang, mengeluh, karena Anjas tidak sesuai dengan harapan?" begitu tanya Bapak padaku. Aku mantap mengangguk.
Aku memang siap. Aku tahu, ucapan Bapak itu sekadar mengingatkan, ini adalah pilihanku. Aku musti ingat, pembicaraan ini pernah terjadi. Apa pun yang terjadi nanti, jangan pernah disesali.
Pesta dibantu teman
Setelah orang tuaku yakin, Anjas menemui Bapak. Syukurlah, Anjas bisa "menaklukkan" Bapak yang sebetulnya terkenal galak. Teman-temanku pun takut pada Bapak, tapi Anjas kebal dan bisa mengambil hati.
Belakangan kuketahui, dia memang selalu disayang orang tua pacar-pacarnya dulu. Waktu ke rumah, Anjas sok akrab. Padahal Bapak hanya menjawab dengan deheman dan jawaban pendek, sambil asyik main video game.
Aku takut banget Anjas dibentak. Tapi Anjas tak jera menegur, sampai akhirnya Bapak mau menjawab dan mengobrol dengan Anjas.
Obrolan mereka bisa panjang kalau sudah membahas topik pertukangan. Anjas memang pintar mengambil hati. Kalau ada pameran yang berkaitan dengan kegemaran Bapak, Bapak langsung diajak jalan. Kalau ada pameran flora atau fauna, giliran Ibu yang diajak.
Setelah persiapan matang, aku dan Anjas menikah pada 17 Juni 1999, di Jelambar. Dua hari kemudian resepsi dilangsungkan di Jakarta Convention Center.
Baca Juga : Hi... Remaja Ini Jatuh Cinta Dengan Boneka Zombie dan Akan Menikahinya
Source | : | Tabloid Nova |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Adrie Saputra |
KOMENTAR