Kedua, yang belakangan disimak saksi peristiwa tsunami Pangandaran, Jawa Barat (Senin, 17/7/2006), adalah munculnya suara dentuman keras dari arah laut disertai menyeruaknya kabut (semacam awan) yang memanjang ke atas.
Dentuman ini tak selalu ada, namun dimungkinkan oleh efek rekahan yang dahsyat.
Pratanda kedua bersifat memperkuat yang pertama. Jika pratanda seperti ini muncul, larilah segera menjauh ke tempat yang lebih tinggi.
Penyurutan ini dalam beberapa menit akan terisi lagi oleh air dalam volume besar.
Air biasa meluber ke daratan dan menjalar hingga hingga ratusan meter, menerjang apa saja dan setelah mencapai titik maksimal akan berbalik lagi ke laut.
Jadi, seperti juga gempa, tsunami pun sesungguhnya peristiwa yang alamiah saja.
Namun demikian, tidak semua gempa di dasar laut bisa menghasilkan tsunami.
Tsunami baru dimungkinkan muncul rekahan yang terjadi menimbulkan gempa berkekuatan minimal 5 Skala Richter. (Agustinus Winardi)
(Sumber : Gempa Jogja, Indonesia, & Dunia, Edisi Khusus Majalah Angkasa, PT Mediarona Dirgantara.2006)
Penulis | : | Intisari Online |
Editor | : | Mentari DP |
KOMENTAR